Welcome to my blog

Rabu, 05 Juni 2013

Langkah Awal Menjadi Apresiator Karya Prosa Fiksi yang Baik

Langkah Awal Menjadi Apresiator Karya Prosa Fiksi yang Baik
Oleh : Rochma Wahyu Sri W.L
122074031/PA 12

Kata sastra atau kesastraan sudah tidak asing lagi dalam dunia Bahasa Indonesia. Kalau mendengar kata sastra pasti dalam bayangan anda sudah terbesit kalau sastra ialah pelajaran yang sulit. Namun sebenarnya sastra tidaklah hal yang sulit untuuk dipelajari, bahkan sebaliknya, dunia sastra sangat menyenangkan. Dunia kesastraan dibagi menjadi 3 genre yaitu puisi, prosa fiksi dan drama. Masing-masing genre memiliki ciri khas tersendiri. Dalam artikel ini penulis akan membicarakan mengenai apresiasi prosa fiksi yaitu bagaimana cara mengapresiasi yang baik, ciri khas dari prosa fiksi dan bekal awal untuk menjadi seorang apresiator yang baik.
Prosa fiksi berasal dari bahasa inggris fiction yang berarti khayal. Sehingga prosa fiksi sering disebut prosa naratif yang bersifat imajiner yang ceritannya hanya rekaan tapi ada juga yang bersifat nyata. Meskipun hanya bersifat rekaan, namun prosa fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan sesamanya. Karena memang cerita rekaan adalah cerita olahan pengarang berdasaran pandangan, tafsiran, serta penilaian tentang peristiwa yang pernah terjadi atau peristiwa yang berlangsung dalam khayalan pengarang saja.
Prosa fiksi dalam dunia sastra memiliki ciri khas yang membedakan dari puisi dan drama. Prosa fiksi dibagi menjadi 2 jenis yaitu novel dan cerpen. Kalau dalam puisi hanya menonjolkan gaya bahasa dan majas dalam pembuatannya serta darama yang hanya menonjolkan alur cerita, isi cerita dan karakter tokoh dalam drama. Namun untuk prosa fiksi dalam pembuatannya harus memperhatikan beberapa aspek, tidak hanya dalam segi bahasa yang diambil harus benar-benar diperhatikan oleh pengarang, namun pengarang juga harus mampu mengembangkan imajinasi dengan luas. Sehingga pembaca prosa fiksi tidak hanya menghubungkan cerita prosa fiksi dengan dunia nyata Hal itu disebabkan dunia fiksi yang imajinatif dengan dunia nyata masing-masing memiliki sistem hukumnya sendiri. Jadi pengarang prosa fiksi tidak hanya mampu bercerita dengan baik namun mampu mengolah gaya bahasa dengan baik pula dengan demikian kesan imajinatif lebih mudah menonjol. Hal ini dapat menjadi jalan untuk meningkatkan minat dan apresiasi mereka terhadap karya sastra, dalam hal ini prosa-fiksi.
Effendi (1973:33) mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan pikiran yang baik terhadap karya sastra. Dari pendapat itu juga disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya.
Membaca dan memahami, menikmati, menilai sebuah karya sastra bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap pembaca karya sastra baik modern ataupun klasik, pasti pernah mengalami kesulitan, merasa seakan-akan tidak memahami apa yang dikatakan ataupun dimaksudkan oleh pengarang.  Proses membaca yaitu memberi makna pada sebuah teks sastra yang kita pilih adalah proses yang memerlukan pengetahuan dan pemahaman tentang unsur karya sastra. Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi karena sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemikiran daya kontemplatif pembacanya. Dengan demikian sastra sebagai bagian dari karya seni jika dibaca tidak cukup dipahami lewat analisis kebahasannya tetapi semua yang terkait dengan teks sastra. Karena memang untuk memahami karya sastra prosa fiksi diperlukan pembacaan dan penghayatan yang intensif, kemampuan menganalisis unsur-unsur karya sastra dan menginterprestasikannya secara logis dan kreatif. Untuk menjadi seorang apresiator yang baik dibutuhkan pula bekal yang baik pula.
Bekal awal untuk menjadi seorang apresiator itu ada bermacam-macam.
1.      Bekal Pengetahuan
2.      Bekal Pengalaman
·         Bekal pengalaman hidup
·         Pengalaman menggeluti atau bergaul dengan karya sastra
3.      Bekal kesiapan diri yang baik pula
Dari beberapa bekal awal tersebut, bekal yang paling efektif adalah bekal pengetahuan. Karena bekal pengetahuan adalah bekal yang sangat dasar dan sangat penting. Dengan adanya bekal pengetahuan yang luas maka seorang apresiator mampu mengapresiasi prosa fiksi secara mendalam sebab mereka bisa mengetehui karakteristik sastra dan juga biografi pengarang sastra tersebut. Sehingga apresiator lebih mudah untuk mengapresiasi karya sastra. Bekal pengetahuan juga mencakup pada bekal pengalaman, karena seorang apresiator yang memiliki pengetahuan tentang sastra maka pasti dia memiliki banyak pengalaman menggeluti tentang sastra, baik pengalaman mereka ketika membaca prosa fiksi ataupun yang lainnya.
Agar bisa memudahkan apresiator dalam mengapresiasi karya sastra, bisa dilakukan dengan memakai pendekatan-pendekatan dalam apresiasi prosa fiksi. Pendekatan prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi 4 yaitu :
1.      Pendekatan Objektif
Pendekatan obyektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra. Dengan pendekatan obyektif ini penelaah melihat karya sastra sebagai produk manusia atau artifak. Karya sastra, dalam hal ini, merupakan suatu karya yang otonom, yang dipisahkan dari hal-hal di luar karya itu sendiri. Dengan demikian telaah karya sastra dengan pendekatan obyektif beranjak dari aspek-aspek atau unsur-unsur yang langsung membangun karya sastra.
2.      Pendekatan Mimesis
Pendekatan mimetis adalah pendekatan yang mendasarkan pada hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu. 
3.      Pendekatan Genetis
Pendekatan genetis adalah pendekatan yang memandang prosa fiksi sebagai hasil cipta seorang penulis sastra atau pengarang. Dalam hal ini seorang apresiator harus mampu mengaitkannya secara genetis dengan ihwal penulisnya sendiri. Misalnya menegetahui tentang pendidikannya, lingkungan keluarga, kebiaasaannya, dan cara pandang hidupnya.
4.      Pendekatan pragmatik
Pendekatan Pragmatik ialah pendekatan yang memandang karya prosa fiksi tidak semata-mata untuk menghibur para pembacanya namun juga bermanfaat apabila dihubungkan dengan kehidupan di masyarakat.
Sebenarnya masih banyak pula pendekatan-pendekatan lainnya, namun ke 4 pendekatan tadi adalah pendekatan pokok. Untuk bisa mendapatkan pemahaman yang luas dan utuh dalam mengapresiasi, maka seorang apresiator harus menggunakan keempat pendekatan tadi. Karena pendekatan tersebut saling mngisi dan melengkapi. Kalau ditanya seberapa fungsional pendekatan dalam berapresiasi itu sangat fungsional sekali. Bisa memudahkan apresiator dalam melakukan proses dialog dengan karya prosa fiksi sesuai dengan tahapan-tahapan yang dikehendaki sang apresiator.
Jadi, untuk menjadi seorang apresiator yang baik adalah :
1.       Langkah pertama adalah kita harus memiliki bekal awal untuk menjadi seorang apresiator. Bekal yang dibutuhkan ialah pengetahuan. Untuk bisa memiliki pengetahuan yang luas dengan karya prosa fiksi maka kita harus bersahabat dengan prosa fiksi, gemar membaca karya-karya prosa fiksi. Sehingga dengan banyaknya pengalaman membaca karya prosa fiksi maka kita bisa memahami lebih jauh tentang karya-karya prosa fiksi.
2.      Langkah kedua, dalam mengapresiasi prosa fiksi kita harus menggunakan pendekatan prosa fiksi. Karena sangat fungsional sekalii dalam membantu kita untuk lebih mudah berdialog dengan karya prosa fiksi. Sehingga apresiasi yang kita buat lebih jelas maksudnya dan bermanfaat bagi pembaca.

sumber :
Najid,Moh.2009.Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi.Subaya.University Press.


0 komentar:

Posting Komentar