Langkah-langkah
apresiasi :
1.
Membaca
prosa fiksi novel “THESEUS” karya Andre Gide.
2.
Data
hasil baca :
a)
Jumlah
halaman : 64
halaman
b)
Jumlah
tokoh : 15
orang
1. Aku (Theseus),
putra raja Aegeus : penurut, pelupa, perkasa, acuh tak acuh, berkemauan tinggi,
pemberani, suka tantangan, tak peduli dengan urusan yang telah selesai di masa
lalu.
2. Hippolytus,
putra Theseus : acuh tak acuh seperti ayahnya, namun memiliki sifat rendah hati
dan sopan.
3. Aegeus,
raja Attika : seorang laki-laki pemurah yang terhormat, pemberi nasehat dan
semangat yang luar biasa, selalu menepati janji.
4. Para penyamun
: selalu meresahkan masyarakat Atena dengan cara membunuh, merampok, bengis.
5. Pirithous,
sahabat Theseus : memiliki pemikiran yang cerdik daripada Theseus.
6. Minos,
raja Kreta : baik hati meski awalnya berlagak sombong.
7. Minotaur,
makhluk aneh yang dilahirkan oleh istri Minos yang pernah punya hubungan dengan
sapi : tidak berperikemanusiaan.
8. Permaisuri (Pasiphae),
istri raja Minos : penyayang meski gagal menjaga kehormatan dirinya.
9. Rhadamanthus,
saudara raja Minos : menjadi hakim yang adil di Daerah Orang-orang Mati.
10. Daedalus,
teman raja Minos : berperawakan tinggi, haus akan ilmu, dan pintar.
11. Ariadne,
puteri sulung raja Minos : baik, teguh pada pendirian.
12. Phaedra,
puteri kedua raja Minos : baik, mewarisi perangai/sifat buruk ibunya.
13. Glaukus,
putera bungsu raja Minos : sering kecewa.
14. Ikarus,
anak Daedalus : pintar namun hilang akal semenjak keluar dari Labyrinth.
15. Oedipus,
raja Thebes sekaligus sahabat Theseus : perhatian.
c)
Alur
: alur
mundur
d)
Sudut
pandang : tokoh
pertama pelaku utama, yang ditandai dengan “Aku”.
e)
Latar :
i.
Latar
tempat : hutan,
taman, pantai, laut, sekitar istana, Attika, atas kapal, di desa, di kota-kota,
di pelabuhan Ammsos, di ibu kota pulau Kreta (Knossus), kamar istana, di bawah
ruangan kerajaan, ruang makan, kamar mandi, sebuah arena besar dalam bentuk
setengah lingkaran terbuka di dekat laut, di amphitheatre, rumah Daedalus,
labyrinth, danau Moris, pulau Naxos, Attena.
ii.
Latar
waktu : suatu hari, pagi hari, bulan Maret, malam hari, sore
keesokan harinya, musim semi, siang hari.
iii.
Latar
suasana : berkabung, meriah, kekecewaan, kesal, benci, tertekan, tegang,
mencekam, iri, cemburu, bahagia, acuh dan sedih.
3.
Hal-hal
Menarik
Bagian
1 : Untuk lebih mengenal dirinya, Aku
(Theseus) akan menceritakan kisah hidupnya kepada sang anak (Hippolytus) meski
anaknya telah mati. Salah satu kisah tersebut adalah Theseus ingin melakukan
apa yang dia mau, tetapi dia tidak bisa melakukan dengan bebas karena Theseus
merupakan putra raja. Sehingga dia harus menuruti perintah ayahnya, Aegeus agar
bisa memenuhi syarat menduduki takhta.
Bagian
2 : Dalam permulaan kisahnya, dia telah
menghadapi rintangan besar untuk menuju Atena, seperti menaklukkan musuh dan
melewati jalan yang penuh bahaya. Namun mengenai soal wanita, Theseus
menganggap bahwa mereka itu sumber kekuatan sekaligus kelemahannya.
Bagian
3 : Awalnya, Theseus ingin mengalahkan
Minotaur demi menyelamatkan rakyat Yunani, dengan cara menyamar sebagai korban.
Karena kebaikan puteri Ariadne, Theseus menceritakan maksud kedatangannya itu.
Dan tidak disangka atas kejujurannya, dia disambut baik dan diundang ke pesta
yang diselenggarakan oleh raja Minos.
Bagian
4 : Setelah pesta usai, raja Minos
menguji Theseus untuk memastikan bahwa Theseus benar-benar keturunan dewa
Poseidon. Akan tetapi, Theseus tidak menerima usulan raja melainkan membuat
usulan sendiri dengan cara menyelam dan mengambil sesuatu dari dasar laut.
Dengan cerdiknya, dia mengambil tiga permata yang telah disediakan. Kemudian
kembali ke pantai untuk memberikannya kepada permaisuri dan kedua puteri raja.
Bagian
5 : Permaisuri meminta kepada Theseus
agar Theseus tidak membunuh anaknya, Minotaur.
Bagian
6 : Ariadne memberikan saran kepada
Theseus untuk mengetahui cara membunuh Minotaur. Namun Theseus harus menuruti
kata-kata Ariadne agar dia tidak celaka. Padahal Theseus sendiri tidak ingin
berhutang budi kepada siapapun melainkan kepada dirinya sendiri.
Bagian
7 : Daedalus memberi saran kepada
Theseus agar lebih berhati-hati selama berada di dalam Labyrinth nanti. Karena
di Labyrinth itu terdapat suatu asap yang membuat seseorang enggan meninggalkan
Labyrinth.
Bagian
8 : Daedalus memberikan benang kepada
Theseus dan menghubungkannya kepada Ariadne selama Theseus berada di dalam
Labyrinth agar dia bisa kembali dan menemukan jalan keluar setelah bertarung
dengan Minotaur.
Bagian
9 : Theseus telah berhasil memasuki
labyrinth begitu juga sebaliknya dan bisa menaklukkan Minotaur dengan mudah.
Apalagi dia masih bisa menggunakan hati nurani dan kesadarannya untuk tidak
meninggalkan orang-orang termasuk sahabatnya, Pirithous yang masih berada di dalam
labyrinth untuk keluar.
Bagian
10 : Meskipun Ariadnne menyukai Theseus,
namun sebenarnya Theseus menyukai adik Ariadne, Phaedra dan ingin membawanya
kembali ke Yunani. Karena tidak tahu caranya, Theseus menyampaikan hasratnya
kepada Pirithous. Atas pertolongan/ tipu muslihat sahabatnya itu, maka Theseus
berhasil membawa Phaedra menuju Yunani.
Bagian
11 : Setelah kembali ke Yunani, Theseus
dinobatkan menjadi raja Atena. Untuk menguasai wilayah-wailayah kecil yang
sedang terjadi peperangan menjadi damai. Theseus terjun langsung/berbaur dengan
masyarakat dan berusaha menyatukannya meski dengan tindak kekerasan sekalipun.
Bagian
12 : Tidak disangka, Phaedra menghianati
Theseus yang lebih mencintai Hippolytus, anak Theseus. Karena tidak bisa
mengendalikan kehendaknya, Theseus membunuh Hippolytus. Begitu juga dengan
Phaedra, dia mati bunuh diri. Akhirnya, Theseus yang telah sebatang kara
menerima kedatangan Oidipus, sahabatnya dari Thebes untuk menghabiskan masa tua
mereka bersama-sama.
Hal-hal
lebih menarik
a. Bagian
1
b. Bagian
2
c. Bagian
3
d. Bagian
6
e. Bagian
9
f. Bagian
11
g. Bagian
12
Hal-hal
paling menarik
a. Bagian
2
b. Bagian
3
c. Bagian
6
d. Bagian
9
e. Bagian
11
Kehidupan
dan Kepribadian Sang Raja Atena
Sinopsis : Novel ini menceritakan
tentang perjalanan hidup tokoh utamanya yaitu Theseus yang merupakan seorang
putra raja. Dia tetap menceritakan kisahnya kepada sang anak meski telah
meninggal. Dikisahkan
perjalanan hidupnya semenjak kecil hingga ia meninggal. Namun dalam perjalanan
hidupnya itu, Theseus mengalami tahapan perkembangan kepribadian yang tak
sempurna (menyimpang) dalam masa kecilnya. Theseus tidak mampu melewati fase
perkembangan kepribadian masa kanak-kanaknya (masa infantile) seperti manusia
normal lainnya.
Hal ini
bermula dari didikan ayahnya bernama Aegeus, yang begitu menanamkan jiwa kepemimpinan serta kewibawaan agar bisa
digunakan untuk menjadi seorang pewaris kedudukan ayahnya, Raja Attika. Padahal
dalam diri Theseus terjadi sebuah kontradiktif, yaitu di samping ia mengagumi
kegagahan ayahnya sebagai seorang raja serta sifat pemurah, terhormat, dan
benar-benar sebagai raja yang berwatak, tanpa disadari ia telah menaruh
kebencian terhadap ayahnya itu, karena ayahnyalah yang melarang ia bersahabat
dengan alam. Padahal dengan begitu dekat dengan alam, ia mampu menjamah
benda-benda alam seperti halnya buah-buahan, permukaan batu yang licin, goyangan
rumput, serta bulu kuda dan anjing yang menggambarkan atau mengandung satu
sifat umum yaitu kelembutan wanita (halaman 6). Yang sebenarnya hal itu begitu
ia dambakan setelah sekian lama ia tak merasakan belaian lembut seorang ibu.
Didikan keras serta larangan ayahnya merupakan vonis mati bagi imaji erotiknya.
Kemudian
masalah tersebut terus berlanjut saat berada di pulau Kreta, bertemu dengan
keluarga kerajaan, bertarung dengan Minotaur di labyrinth, sampai menghadapi
kematian orang terdekatnya, yaitu sang ayah (Aegeus), anak (Hippolytus), istri
(Phaedra), dan sahabatnya (Oedipus).
Dari analisis
ini, dapat dibuktikan bahwa novel Theseus mengandung pendekatan psikologis.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang berusaha memahami prosa fiksi sebagai
kreasi yang tidak dapat dilepaskan dari aspek psikologis, terutama pengarang,
pembaca, dan lain-lain. Selain itu, dalam pendekatan ini dapat dipakai
psikoanalisis untuk melihat karakter-karakter yang ada dalam novel. Pembaca
dapat mengetahui jika novel ini lebih dominan menceritakan kisah hidup
sang tokoh, dari awal hingga akhir. Sehingga, berikut akan dipaparkan mengenai karakter tokoh utama yang menjadi
fokus pembicaraan.
a.
Karakter
pemberani dalam
diri Theseus ini tampak saat ayahnya menyarankan dirinya untuk menempuh jalan
laut yang lebih aman, namun bukanlah Thesesus jika tak menentang bahaya.
Theseus dengan keberaniannya memilih jalan darat dengan segala lika-likunya.
Baginya, hal itu merupakan kesempatan dirinya dalam memperlihatkan
keberaniannya. Hingga dalam perjalanannya ia mampu mengalahkan beberapa
penjahat yang mencoba menghadang perjalanannya.
b.
Karakter
penuh percaya diri
dalam diri Theseus ini tampak saat ia mengakui pada dirinya sendiri bahwa
tangan dan hatinya begitu kuat tatkala ia berhasil mengalahkan
perampok-perampok yang baginya sangat berbahaya.
c.
Karakter
penuh kekuatan dalam
diri Theseus tampak saat ia menuruti perintah ayahnya dalam mengangkat
batu-batuan besar untuk mencari senjata di bawah tanah (hlm. 6).
d.
Karakter
penuh pengabdian kepada manusia dalam diri Theseus tampak saat ia telah menunaikan
pengabdiannya dalam membersihkan bumi dari penjahat-penjahat, perampok-perampok
serta binatang buas (halaman 9).
e.
Karakter
selalu ingin serba sempurna dalam segala usaha dalam diri Theseus ini sebenarnya
adalah sifat yang ia warisi dari kakeknya Pittheus. Kata-kata kakeknya seolah
telah terpatri dalam jiwanya bahwa tidak cukup manusia itu akan ada, juga tidak
cukup akan sudah ada, tapi ia harus mewarisi dan bekerja, sehingga ia merasa
bahwa adanya itu belum selesai, dan ia masih tetap sambung menyambung dan perlu
disempurnakan (halaman 11).
f.
Karakter
penuh ambisi dan perkasa
dalam diri Theseus merupakan sifat yang ia warisi dari Herkules, anak bibinya.
g.
Karakter
cerdas dalam
diri Theseus merupakan sifat yang ia warisi dari kakek dan ayahnya Pittheus dan
Aegeus (halaman 11).
h.
Karakter
tidak bertanggungjawab
dalam diri Theseus tampak saat ia dalam perjalannya menuju Atena, ia bertemu
dengan sosok Pyregone yang tinggi dan lemah gemulai lalu Theseus memberinya
anak yang bernama Menalip. Namun, Pyregone dan Menalip begitu saja ditinggalkan
oleh Theseus supaya ia tak terlambat dalam perjalannya (halaman 12).
i.
Karakter
curang dalam
diri Theseus tampak saat ia diuji kesaktiannya layaknya dewa Poseidon oleh Raja
Minos. Ia mencurangi ujian yang diberikan Raja Minos (halaman 19-20).
j.
Karakter
tidak konsisten
dalam diri Theseus yang menurutnya sendiri adalah warisan dari Dewa Poseidon
yakni perangainya yang tak pernah tetap dalam segala hal. Hal itu juga
ditunjukkan Theseus ketika ia tak dapat tetap mencintai seorang wanita.
k.
Karakter
tak ingin disaingi ataupun dikalahkan oleh orang lain dalam diri theseus tampak ketika
kebenciannya terhadap ayahnya karena ayahnya dianggap telah menyainginya
merampas “sosok ibu” dari dirinya lewat larangan bersahabat dengan alam yang
secara tidak langsung memutus imaji erotiknya. Hal lain juga tampak saat
bayang-bayang ayahnya muncul pada diri anaknya, Hypollitus serta tampak juga
saat Theseus merasa disaingi dan dikalahkan oleh sahabatnya sendiri, Oedipus.
Ketika Oedipus berada di bumi pertiwinya, Attika, Oedipus yang juga seorang
raja Thebes yang dianggapnya akan memiliki Attika juga.
l.
Karakter
pengayom pada diri
Theseus tampak ketika ia berucap bahwa yang selalu ia jaga adalah kepentingan
umum, menjaga keseimbangan dan ketertiban (hlm. 53).
m.
Karakter
penakluk pada diri
Theseus tampak ketika ia berhasil menaklukkan binatang-binatang buas,
perampok-perampok dan penjahat-penjahat.
n.
Karakter
angkuh pada
dirinya Theseus tampak saat ia mengakuinya sendiri. Berikut kutipan yang
menunjukkan bahwa tokoh Theseus memiliki sifat angkuh.
“Kupersembahkan
kepada dewa-dewa sebagai tebusan atas apa yang telah kucapai dengan berhasil di
samping sifat-sifat angkuh yang kumiliki.”
o.
Karakter
teguh hati, tampak ragu-ragu dan pantang mundur tampak saat Daedalus pembuat Labyrinth
berkata pada Theseus bahwa Daedalus menyukai Theseus karena keteguhan hati
menghadapi sesuatu tujuan tanpa ragu-ragu dan pantang mundur.
Setelah mengetahui karakter
tersebut, diharapkan para pembaca dapat meniru sifat-sifat baik dan menjauhi
sifat-sifat buruk dari sang tokoh. Kemudian dapat diaplikasikan untuk diri
sendiri maupun orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar
tercipta sosok yang berjiwa besar dan dapat memotivasi orang lain untuk berbuat
kebaikan demi negaranya.
0 komentar:
Posting Komentar