“Happy Anniversary 2th bidadari kecilku”.
CINTA
KEDUA
Oleh:
Ratna Dwi Lestari
122074002/PA’12
Termenung.
Murung. Bingung. Linglung. Diantara derasnya aktivitas manusia di tengah
keramaian desa. Terlihat pedagang asongan yang hilir mudik datang bergantian,
kakek-kakek yang berangkat ke tempat sekumpulan padi yang sudah siap untuk
dijadikan penambah energi bagi tubuhnya yang sudah hampir layu. Tertangkap
juga segerombolan anak
yang berpakaian seragam putih dengan bawahan merah, seragam putih dengan
bawahan biru, dan juga seragam putih dengan bawahan abu-abu yang akan berangkat
mencari sebanyak-banyaknya ilmu.
Dibalik
kerumunan berjuta orang, aku melihat
sesosok pria dengan tatapan matanya yang
kosong, kulit sawo matangnya terlihat kusam menyelimuti tubuh atletisnya,
rambut hitam bermodel ravennya tampak
tak terawat, dia sedang duduk bersandar
di jendela rumahnya yang mungil dan sempit. Entah apa yang sedang ada
difikirannya saat itu. Gembira atau sedihkah? Yang aku tahu dulu dia adalah
anak yang periang, ceria dan bahkan hari-harinya selalu dia lewati dengan hal
yang menyenangkan. Dia juga senang membantu sesama yang sedang dilanda
kesusahan. Aku semakin tak mengerti pisau apa yang telah melenyapkan semua
sifat kekhasannya itu?
Di
saat burung yang bermata lebar mulai mengeluarkan suaranya yang mencekam,
dinginnya angin yang mengangkat bulu-bulu di kulit, serta sunyinya malam yang
sangat kelam. Tiba-tiba terdengar suara handphone berdering. Seketika aku
bergegas memencet tombol yes yang ada di handphone itu. Suara bariton yang khas
darinya sekejap membangunkan tidurku. Setiap kali mendengar suaranya, hati dan
fikiranku menjadi tidak karuan.
“Rin
maukah kamu menjadi pengisi hati dan hari-hariku yang kosong dan sepi ini?”
ucapnya dengan nada yang lirih namun pasti.
Aku
hanya bisa diam dengan jantung yang berdetak sangat cepat seperti orang yang
baru berlari seribu kilo meter ditambah
dengan push up seribu kali. Aku seperti orang bisu yang tidak dapat berkata
apa-apa. Seketika aku meletakkan handphone itu dan mencubit kulitku sendiri,
apa ini benar-benar terjadi ataukah hanya mimpi yang hadir di tidurku. Aaaww
sakiiiit…ternyata ini bukan mimpi. Bagaimana tidak? Teman masa kecilku itu,
yang akhir-akhir terlihat sering melamun dengan tatapan kosong tiba-tiba
menyatakan cinta kepadaku? Siapa yang tidak merasa kaget?? Namun dibalik semua
itu, dilubuk hati terdalamku ada perasaan bahagia yang terselip. Sebuah rasa
yang begitu lama terpendam kini membuncah keluar. Sebuah perasaan sayang yang
begitu murni untuknya, kini terbalaskan. Segera ku ambil handphone ku lagi.
“iya..!”
Hanya
satu kata itulah yang bisa terucap dari mulutku yang kaku ini. Aku segera
mematikan telpon darinya karena aku sudah tidak sanggup lagi menahan
kegembiraan yang melanda hatiku saat itu.
Sebuah
hati yang selama ini kosong, yang kukira sudah tidak ada lagi yang mau mengisi
dan menempatinya, kini telah ada sosok pangeran yang bersedia dan mau untuk
menempatinya. Hari-hari kulalui dengan mahligai cinta bersama dengannya. Hari-hari semakin berwarna seperti
pelangi yang mempunyai warna sangat indah. Seperti rumput-rumput yang terkena
air hujan dapat tumbuh kembali untuk mewarnai tanah-tanah yang coklat.
Dua
bulan tepat pada bulan kesepuluh, aku kembali menjalani kerasnya hidup sendiri
karena dia harus pergi kesebuah perantauan yang sangat jauh. Tempat dimana
banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi, tempat para pemimpin-pemimpin
negara berada, serta tempat para artis-artis menjalani pekerjaannya. Dengan
kondisi yang serba terpaksa, bagai ditusuk dengan pedang samurai yang sangat
tajam aku berusaha rela untuk membiarkan dia merantau. Masih ada handphone yang
dapat digunakan untuk berkomunikasi, pikirku saat itu. Air mata pun jatuh
ketika jaket hitamnya telah siap untuk membentengi dia dari dinginnya angin
jalan dan sebuah ransel besar yang sudah menempel di punggungnya. Air mataku
mengalir semakin deras ketika dia membisikkan sebuah kalimat di telinga
kananku.
“Aku
berjanji akan kembali dan menemanimu lagi menjalani hari-hari ini kembali, aku
juga akan selalu menghubungimu setiap waktu. Aku akan sangat merindukanmu
Airin.”
Bulan
sudah berganti dengan tahun, sampai aku merasakan ada yang yang berbeda dengan
sikap Rangga kepadaku, sepertinya sudah nampak ada kebosanan pada dirinya dalam
menjalani hubungan yang berada pada jarak yang sangat jauh. Aku merindukan
sosoknya yang ramah dan tegas bagai seorang pangeran dalam hatiku. Namun
sekarang ini dia tidak lagi menjadi
pangeran yang selalu mengisi hatiku. Bahkan aku kehilangan kontak dengannya,
berkali-kali aku mencoba menghubunginya,dan ternyata jawaban yang aku dapatkan
sama “Nomor yang anda tuju sedang tidak
aktif atau berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi”. Aku
semakin bingung dengan semua ini.
Di
balik atap-atap rumah muncul matahari yang siap untuk menerangi dan menghangatkan
kehidupan ini, akan tetapi aku masih merasa berada di dalam gua yang tidak
mendapatkan pancaran sinar matahari setitik pun, gelap bahkan sangat gelap. Aku
merasakan ada sesuatu yang hilang dari hidupku. Sosok pangeran yang dulunya
menjadi penyemangat sekaligus yang memberikan warna di hidupku, kini hilang
entah kemana. Tepat lima belas bulan lebih satu hari aku menjalin hubungan
dengannya. Hingga aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini meski tanpa
persetujuan darinya.
Hati
ini benar-benar kembali kosong, bahkan lebih kosong dari sebelumnya. Tidak ada
lagi pelangi yang memberi warna di dalamnya. Semuanya sudah hilang terbakar api
kesedihan. “Apakah semua ini benar-benar sudah berakhir sampai disini?
Mungkinkah pelangi itu datang kembali?” tanyaku dalam hati yang pilu. Aku hanya
bisa mencoba menghibur diriku sendiri lewat alunan lagu mellow kesukaanku.
Suara
perempuan paruh baya setiap hari terdengar di telingaku, suara lembutnya
yang selalu membuat hatiku bergetar,
seakan memberikan semangat yang tinggi kepada ku agar lebih sabar lagi dalam
menjalani semua ini. “Airin jika kamu terus-terusan mengurung diri dan tidak
mau makan, kamu akan sakit nak? Sudahlah jangan dipikirkan terus, jika memang
Rangga jodoh kamu, dia pasti akan kembali lagi kepelukan kamu, percaya sama
Ibu, nak!!”
Aku
tidak dapat berkata apa-apa, aku hanya bisa merebahkan tubuhku yang lemah ini
ke pangkuan perempuan paruh baya itu, hingga tak sadar air mataku telah
membasahi kedua pipiku. “Apa yang Ibu katakan benar, Airin harus melupakan
semua ini. Terima kasih bu, engkau memang pahlawan di dalam hidup Airin.”
Terik
matahari dan asap kendaraan senantiasa menemaniku dalam menjalani semua
aktivitas rutinku. Seabrek kegiatan telah membuatku melupakan masa laluku yang
pilu. Puing-puing hati ku yang rapuh pun mulai pulih kembali. Hingga suatu hari
ketika hati ini bermaksud untuk benar-benar membuang duri-duri kepedihan dalam
hati ku, tiba-tiba seekor kunang-kunang datang memberikan cahaya ke dalam
hatiku. Dan ternyata kunang-kunang itu adalah sosok pelangi yang selama ini
telah pergi. Aku seakan tak percaya dengan semua yang terjadi saat itu. Mataku
terbelalak tak percaya, benarkah itu dia? Dan ternyata benar, Rangga datang
kembali menemuiku. Rasa sayang itu masih tetap ada, tapi tak lama rasa sayang
itu berganti dengan rasa kecewa yang sangat dalam, ketika teringat sikap Rangga
yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar sedikitpun.
“Untuk
apa kamu kesini Ngga? Apa belum cukup kamu menghancurkan hatiku dengan
menanamkan duri yang sangat tajam.”
“Rin,
aku kesini mau menjelaskan semuanya kepadamu. Aku sama sekali tidak bermaksud
untuk menyakiti hati kamu Rin. Aku sayang sama kamu. Aku hanya tidak mau kamu
menjadi tersiksa dengan hubungan jarak jauh ini. Itu alasan kenapa aku selama
ini bersikap kayak gitu ke kamu, percayalah Rin, aku benar-benar sayang sama
kamu!”
Aku
memalingkan tubuhku dan berjalan menjauh darinya. Aku tak kuasa menahan air
mataku. Aku tak dapat membohongi diriku sendiri jika sebenarnya aku masih
sangat sayang kepadanya. Tiba-tiba dari belakang tangan kosong memegang
pergelangan tanganku. Langkahku pun seketika berhenti. Terdengar suara
baritonnya memohon kepadaku.
“Rin,
aku benar-benar menyesal, izinkan aku untuk memperbaiki semua kesalahanku
padamu, aku janji akan menjadi pelangi yang terbaik dalam hatimu!”
Tubuh
atletisnya segera memeluk tubuhku yang rapuh ini. Aku masih tetap merasakan
kenyamanan jika bersama dengannya. “Rin, izinkan aku untuk mengisi kembali hati
kamu?”
Aku
bingung, dengan spontan tiba-tiba kepalaku mengangguk yang itu berarti aku
memberikan kesempatan kedua kepada Rangga untuk memperbaiki semua kesalahannya.
Semoga cinta keduaku dengan Rangga ini menjadi cinta yang abadi dan lebih indah
daripada cinta pertama yang aku bina dengannya.
SNDT Girls
Ada
empat orang sahabat di sekolah Merpati. Mereka bernama Safa, Naya, Dara dan
Tina yang sedang duduk di kelas 3. Pada saat kelulusan tiba, mereka berkumpul
di taman belakang sekolah. Setelah lelah bercerita, mereka sepakat untuk
bermain petak umpet agar otot-otot mereka menjadi renggang karena selama ujian
berlangsung, tubuh dan pikiran mereka selalu tegang.
Saat
itu, Safa mendapat bagian pertama menjadi penjaga. Naya, Dara dan Tina senang
bukan main. Apalagi mereka pandai bersembunyi. Sehingga Safa merasa kesulitan
mencari mereka. Karena lelah mencari, akhirnya dia kembali ke taman belakang
sekolah. “Siapa tau mereka kembali kesana,” pikir Safa. Namun, ketiga
sahabatnya tidak kunjung datang. Alhasil, karena Safa mudah bosan maka dia
berjalan-jalan di sekitar taman dan menemukan ide cemerlang. Dia bergegas ke
tempat parkir untuk mengambil kotak yang ada di mobilnya dan mengisinya dengan
barang-barang kesukaan Naya, Dara, dan Tina. Lalu dia menguburnya dekat pohon
cemara. Dia ingin memberikan kenangan terindah kepada sahabatnya kelak.
“Maaf Safa, kami lupa kalau kita
sedang bermain petak umpet. Makanya, setelah lelah berlari kami ke kantin untuk
makan siang dan sadar kalau ada yang hilang dari kami. Ternyata kamu yang
hilang itu. Makanya, kami bergegas kesini,’’ kata Dara.
“Baguslah kalau kalian masih
ingat aku, karena jika tidak maka kalian tidak akan pernah mendapat hadiah
dariku,” jawab Safa.
“Apa itu?” tanya mereka bertiga
hampir bersamaan.
“Itu rahasia. Karena aku sudah
mencari kalian tapi tidak ketemu, sekarang gantian kalian yang mencari hadiah
dariku dan aku harap kalian bisa menemukannya. Hadiah itu ada di dalam kotak
yang terdiri dari empat kunci. Ini, aku berikan kuncinya pada kalian dan kita
memegang kunci satu-persatu. Aku menyembunyikannya di sekitar taman ini. Ingat,
kita jangan mencarinya sekarang tapi ketika kita sudah menjadi orang terkenal
karena hadiah itu berhubungan dengan cita-cita kita. Oh iya, kalian tau kan
kalu aku sering lupa meletakkan sesuatu. Jadi aku memberi tanda di pohon cemara
ini agar kita bisa berkumpul dan mulai mencarinya dari sini. Kalian bisa
mengingatnya, kan?”
“Baiklah, kami sepakat.
Sepertinya, ini menarik. Kami akan melakukannya sebagai permintaan maaf kami
karena meninggalkanmu di taman ini. Bagaimana teman-teman?” tanya Naya.
“Sepertinya aku tidak yakin
dengan hal ini. Tapi apa boleh buat. Demi persahabatan, aku akan mencobanya,”
kata Tina.
“Terima kasih banyak,
teman-teman. Kalian tau, aku sudah memaafkan kalian sebelum kalian datang
kesini, dan aku sangat senang mendengar kalian mau melakukan permintaan
terakhirku. Aku janji mulai saat ini tidak akan merepotkan kalian,” jawab Safa sambil
tersenyum dengan wajah yang sangat ceria.
***
Begitulah
pertemuan terakhir mereka. Mereka akan bertemu kembali sesuai tanda di pohon
cemara yang ditunjuk Safa. Pada pohon tersebut, terukir inisial nama mereka
yaitu SNDT beserta tanggal pertemuan mereka yaitu 12-12-12 pada pukul 12.00.
Waktu tersebut sesuai dengan hari jadinya persahabatan mereka yaitu tanggal 12
Desember 2006 saat menginjak kelas 2. Keempat sahabat ini berencana untuk
merayakan hari jadi persahabatan SNDT sekaligus kesuksesan menjadi orang
terkenal sesuai impian mereka. Setelah itu, mereka akan membuat tempat usaha
bersama.
Safa
yang menyukai fashion, diterima di salah satu perguruan tinggi di Paris, Perancis.
Dia hijrah ke Paris untuk menjadi desainer profesional dan ingin membuka usaha
bersama ketiga sahabatnya itu. Kemudian Naya yang selalu memperhatikan
penampilannya saat dia di rumah, ke sekolah, maupun hang out bersama teman-temannya, diterima di sekolah kecantikan di
sekitar daerah Yogyakarta, tempat tinggalnya sekarang dan ingin memulai
bisnisnya mendatang di bidang salon dan spa.
Tapi
jangan bertanya soal Dara bersekolah dimana karena dia tidak melanjutkan studinya
dimanapun. Mengapa demikian? sebab Dara selalu mendapat banyak tawaran casting di berbagai tempat. Sehingga dia
terbang ke Jakarta untuk menerima tawaran tersebut dan menjadi artis terkenal.
Buktinya dia selalu tampil di layar kaca dan memukau banyak orang. Hal itu
disebabkan oleh bakat alaminya yang pintar ber-acting sekaligus didukung parasnya yang cantik dan anggun karena berdarah
Indo-Inggris dari orang tuanya.
Apalagi
Tina yang juga memiliki nasib beruntung. Dia akan mewarisi perusahaan orang
tuanya di salah satu restoran hotel berbintang di Yogyakarta. Dia akan
melanjutkan jejak ayahnya sebagai chief ternama
namun dia bersekolah dahulu kurang lebih selama tiga tahun untuk meningkatkan
kemampuannya di bidang kuliner. Selanjutnya dia akan menyiapkan gedung untuk
kedua sahabatnya, yaitu Safa dan Naya untuk membuka usaha butik maupun salon
dan spa di dekat restorannya. Sehingga
tempat usaha mereka itu berguna untuk orang lain. Jika seseorang membeli
pakaian/ingin menata rambutnya tapi sedang kelaparan, dia tidak akan jauh-jauh
membeli makanan sebab ada restoran Tina yang akan menjawabnya. Dan pastinya
dengan jasa Dara sebagai artis terkenal, dia akan mempromosikan bisnis
sahabatnya agar semua orang tertarik mengunjungi tempat usaha mereka dan
menjadi laris manis. Benar-benar kolaborasi yang unik!
***
Namun
hal buruk terjadi! Walaupun seseorang ingin berencana sesuatu namun belum
dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa, rencana tersebut tidak akan berhasil meski
orang itu melakukan banyak cara. Hal itu, juga dialami keempat sahabat ini.
Ketika
menjelang hari pertemuan mereka yaitu 12 Desember 2012 pada pukul 12.00 di
taman belakang sekolah Merpati, sebuah musibah terjadi pada Safa. Sesuai
rencana, setelah dia mendapat gelar The
Best Fashion Designer Academy, dia akan bertolak ke tanah air pada bulan
November 2012. Namun, pesawat yang ditumpangi Safa saat itu mengalami kecelakaan
dan mengakibatkan dirinya meninggal. Mendengar berita tersebut, kedua
sahabatnya yaitu Naya dan Tina yang menunggu kedatangan Safa di bandara
histeris. Mereka tidak menyangka jika
kedatangan sahabat yang lama tidak bertemu membuat hati mereka terluka.
“Apa
yang harus kami lakukan? Tinggal satu bulan lagi perjanjian kita akan
terlaksana, Safa. Tapi kenapa kamu pergi duluan? Padahal tinggal satu langkah
lagi kesuksesan akan menyapa kita. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku tidak bisa
melupakanmu semudah itu. Kamu terlalu baik padaku, Dara dan juga Tina. Kembalilah.
Aku mohon, kembalilah Safa. Kami ingin melihat wajahmu yang ceria seperti dulu.
Bukan wajah yang pucat dan dingin seperti ini...hiks...hiks...hiks...” isak
Naya sambil memeluk bingkai yang berisi foto dirinya beserta ketiga sahabatnya
itu.
***
Setelah
menaburi bunga-bunga di tempat peristirahatan Safa, Naya kembali ke rumahnya.
Dia masih memikirkan nasib perjanjian SNDT selanjutnya. Namun, dia tidak
menemukan jalan keluar. Tak lama kemudian, muncullah Tina dari toko buah. Naya
segera menghampirinya untuk meminta pendapat tentang kelanjutan perjanjian
tersebut. Dan apa yang terjadi? Tina membentaknya karena dia merasa Naya telah mengganggu
pekerjaan Tina. Tanpa pikir panjang, Naya menuju rumah Safa untuk mencari
petunjuk.
Dan
ternyata dugaan Naya tepat. Dia menerima kunci kotak yang dipegang oleh Safa
dulu beserta sepucuk surat dari pembantu Safa. Naya membuka lembaran itu yang berisi:
Untuk teman-temanku,
Aku tau ini akan berat buat kita. Sesuatu sedang terjadi disini. Yang
jelas aku punya firasat buruk ketika mau meninggalkan Paris, tapi aku tidak tau
pasti apa itu. Sepertinya, aku tidak akan kembali dan menepati janji kita. Tapi
kalian jangan khawatir, kunci itu ada di kamarku. Tidak kubawa sampai ke Paris
kok. Dan aku berharap kalian bertiga bisa menemukan kotak itu, dengan atau tanpa
kehadiranku. Semoga berhasil. Maaf merepotkan kalian semua.
Salam SNDT
Safa
Dua
hari kemudian, Naya ingin menjelaskan kabar baik ini kepada Tina. Namun sayang
semenjak kepergian Safa, Tina bertingkah aneh. Bahkan tidak ingin mengingat dan
membicarakan perjanjian tersebut lagi. Mengetahui hal tersebut, Naya terus
menghubungi Tina namun tidak ada tanggapan apa-apa. Sampai akhirnya, Naya mengirim email tentang
surat tersebut dan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencari hadiah dari
Safa.
Karena
merasa terganggu dan kesal kepada Naya yang terus-menerus membicarakan
perjanjian itu, maka Tina berniat buruk dan akan mencelakakan Naya. Dan suatu ketika, dia pura-pura mengajak Naya
ke suatu tempat untuk membicarakan perjanjian SNDT. Pastinya, Naya senang
mendengarnya. Namun setelah sampai di tempat itu, Tina memukul Naya dari
belakang hingga pingsan. Dia tega menculik sahabatnya sendiri lantaran pekerjaannya
terganggu dan trauma atas kepergian Safa. Padahal Naya berniat baik untuk
melaksanakan amanat dari Safa dan membangun cita-cita persahabatan SNDT. Namun
Tina berpikir negatif.
***
Rabu,
12 Desember 2012. Tinggal beberapa waktu lagi perjanjian SNDT dimulai. Namun
yang terjadi tidak diharapkan. Pada pukul 06.00, rumah Naya mendapat telepon
dan kebetulan Siska, adik Naya mengangkat telepon.
“Halo, dengan siapa dan ada perlu
apa?”
“Siska, ini kakak.”
“Ya ampun, Kak. Kakak dari mana
saja kok tidak pulang-pulang dari kemarin? Ayah dan ibu ke luar kota. Aku
sendirian, tau?”
“Aku tidak tau ada dimana, yang
jelas ada orang yang memukul Kakak sampai pingsan. Dan ternyata orang itu Tina.
Aku tidak tau, apa alasannya. Yang jelas Kakak minta bantuanmu. Apa kamu masuk
hari ini?”
“Kebetulan aku libur karena ada setiap
kelas dipakai oleh kelas 3, mungkin ujian. Apa yang harus aku lakukan, Kak?”
“Kamu tau perjanjian SNDT yang
Kakak ceritakan dulu, kan? Perjanjian itu akan dimulai hari ini di sekolah
kita. Tapi Kakak tidak bisa datang. Aku minta kamu yang mencari kotak itu tapi
tunggu sampai Dara datang. Kalian harus mencarinya segera sebelum Tina yang
menemukannya. Aku yakin dia akan merusak kotak itu dan menggagalkan perjanjian
ini. Untuk masalah kunci dan membuka kotak itu urusan belakangan. Yang penting
kalian harus menemukan kotak terlebih dahulu dan menyembunyikannya di tempat
yang aman dari jangkauan Tina. Bagaimana, bisa?”
“Baik, Kak. Akan kulakukan yang
terbaik buat Kakak. Setelah Kak Dara datang, akan ku ceritakan masalah ini
padanya.”
“Terima kasih. Tapi jangan
ceritakan masalah ini pada orang lain. Cukup kamu dan Dara yang tau. Semoga
berhasil.”
“Baik, Kak. Jaga diri Kakak
baik-baik setelah misi ini selesai, kami akan mencari Kakak.”
***
Pukul
09.00, Dara datang dan terkejut mendengar masalah ini dari Siska. Tanpa
berpikir panjang, mereka langsung menuju Sekolah Merpati dan mulai mencari
kotak. Waktu demi waktu terus berjalan namun kotak itu tak kunjung ditemukan.
Sampai pukul 12.00, mereka kelelahan dan istirahat sejenak di bawah pohon
cemara yang terdapat tanda SNDT. Dara terus memikirkan cara untuk mencari kotak
itu. Ajaibnya, dia beruntung mengingat salah satu kebiasaan Safa yaitu Safa
selalu memberikan tanda di berbagai tempat agar kebiasaan buruknya yang sering
lupa tidak terjadi. Maka Dara dan Siska menggali tanah di sekitar pohon cemara
untuk mencari kotak yang disembunyikan Safa dahulu, dan menemukan kotak itu.
Kemudian mereka segera meninggalkan taman itu. Namun sayang, Tina sudah tiba di
taman itu. Sehingga Dara dan Siska
bersembunyi di semak-semak.
Tina
tidak sendirian. Dia datang bersama Naya dan memaksa untuk mencarinya. Dia
mengira bahwa Naya telah menemukan kotak itu padahal Naya tidak tahu apa-apa
kecuali mencari kotak itu bersama. Karena tidak tega melihat sahabatnya
diperlakukan kasar, maka Dara muncul sambil membawa kotak itu.
“Hei, hentikan omong kosongmu,
Tina!”, teriak Dara.
“D-d,da..ra. Sejak kapan kamu
datang? Lama kita tidak bertemu ya”, kata Tina.
“Halah, jangan sok akrab.
Ternyata kamu sudah berubah, ya. Dasar munafik! Sahabat sendiri dianiaya. Apa
kata Safa kalau melihat hal ini? Pasti dia tidak tenang disana!”
“Kamu tidak mengerti karena baru
saja datang, Dara. Dia selalu menggangguku dengan mengingat dan mengajak untuk
mencari kotak itu. Aku tidak mau karena aku masih trauma atas kepergian Safa.
Jadi aku ingin menggagalkan rencana ini. Percuma kalau tidak ada Safa karena
Safalah yang tahu keberadaan kotak itu.”
“Loh, wajar dong kalau Naya
mengingatmu tentang perjanjian ini. Walaupun kita sama-sama trauma, dia
berusaha bangkit dan menepati janji ini. Ini, buktinya! Akhirnya aku dan Siska
menemukan kotak ini berkat usaha Naya yang terus mencari petunjuk-petunjuk dari
Safa. Sedangkan kamu tidak berusaha sedikitpun, malah merusak suasana. Padahal
kamu dan Naya sama-sama dekat dari tempat ini jadi mudah mencari petunjuk itu.
Setelah petunjuk itu terpecahkan, baru kamu mencarinya. Tina.. Tina, teman
macam apa kamu!”
Melihat
hal ini, akhirnya Naya turun tangan. “Hei, hei, hei. Sudahlah. Kalian jangan
bertengkar. Itu tidak akan merubah suasana. Kita ambil hikmahnya saja. Buktinya
kita tetap melakukan perjanjian ini dan menemukan kotak pemberian Safa.
Walaupun ada atau tidaknya Safa saat ini. Oh iya, kalian membawa kuncinya, kan?
Jadi, ayo kita buka bersama.Kita pegang kunci kita masing-masing, dan Siska
memegang kunci Safa. Jadi, tetapkan kotak ini dibuka oleh SNDT?”
Kemudian
kotak yang lama terkubur di dalam tanah itu terbuka. Dan mereka berempat
terkejut melihat isi dari kotak itu. Ternyata dibalik barang-barang itu
terdapat sepucuk surat.
Teman-temanku,
Bagaimana hadiahnya? Kalian terkejut, kan? Ternyata dugaanku benar. Apa
yang kita cita-citakan terwujud. Jadi, kuberikan hadiah ini pada kalian semua.
Naya yang suka menjaga penampilan, ku berikan majalah ini untukmu.
Semoga menjadi inspirasi untuk usaha salonmu kelak ya. Kemudian, Dara, sang
artis sekolah Merpati. Mungkin selanjutnya bukan artis tingkat sekolah tapi
artis tingkat nasional ataupun
internasional, hehe. Tolong terima skenario ini ya. Aku harap kamu bisa memerankan
tokoh yang aku buat. Ini kan yang kamu inginkan? Aku yakin kamu pasti bisa. Dan
yang terakhir adalah si ratu kuliner kita. Terima kasih ya, berkat Tina kita
semua bisa tahu dan mencicipi makanan bergizi dan yang berasal dari berbagai
tempat nasional maupun internasional. Jadi, ku persembahkan kepada sang ratu
yaitu resep-resep aneka cemilan. Kita berempat sering membuatnya dan hasilnya
enak bukan main, kan? Jadi kenapa tidak dicoba ke masyarakat, pasti banyak yang
pesan tuh.
Setelah mendapat hadiah, langkah selanjutnya adalah membuka tempat
usaha. Aku yakin pasti seru dan hasilnya berguna bagi kita terutama semua
orang. Jadi, semoga kesuksesan mendatangi kita selalu, ya!!!! Amien...
Salam SNDT
Safa
Mereka menangis
setelah membaca surat itu. Mereka tidak menyangka mendapat hadiah spesial dari
sahabat spesial pula. Mereka terharu dan bangga pernah memiliki seseorang yang
memiliki hati lembut, pikiran matang, perilaku terpuji dan membuat orang senang
berada disampingnya. Mereka tidak akan melupakan Safa begitu saja. Akhirnya,
Tina meminta maaf kepada Naya dan Dara. Dia tidak akan mengulanginya lagi. Tina mengajak sahabatnya itu ke restorannya
sebagai permintaan maaf dan mereka saling memaafkan. Dan mereka berjanji akan
berusaha membuka tempat usaha yang pernah dicita-citakan dahulu.
Memang, setiap
orang pasti mengalami masalah, baru mendapat solusinya. Ingat, setelah ada
kesulitan pasti ada kemudahan. Jadi, teruslah berusaha dan bersabar agar apa
yang dicita-citakan tercapai dan jangan lupa terus menjalin silaturahmi seperti
yang terkandung dalam kisah persahabatan SNDT ini. Semoga bermanfaat.
***
*Ku persembahkan catatan ini untuk para sahabatku. Semoga bermanfaat!
By Nufa
(Nurul Farida.JBSI ‘12)
Surabaya, 09 April 2013
Terima Kasih, Kakek
Sore itu merupakan
hari yang berduka bagi keluarga Amanda. Pasalnya, orang yang sangat mereka
cintai telah pergi untuk selamanya karena penyakit jantung dan faktor usia.
Cuaca mendung pada sore itu sepertinya juga larut dalam kesedihan. Amanda yang
duduk termenung di ayunan merasa terpukul atas kejadian ini. Dia tidak
menyangka, sosok kakek yang selama ini dia cintai sekaligus dihormati kini
telah tiada.
Hari demi hari
dia lalui bersama Kakek. Kenangan-kenangan yang terus menghiasi hari-hari
mereka kini telah berakhir. Dia ingat betul peristiwa yang dilalui bersama Kakek
pada akhir-akhir ini telah mengubah dirinya menjadi seorang putri jelita nan
anggun.
***
Peristiwa itu
bermula saat dia bangun pagi. Ibu merasa pusing melihat Amanda yang setiap hari
mengulur-ulur waktunya.
“Apa sih yang kamu lakukan setiap harinya,
Manda? Bangun pagi kesiangan, bantuin
Ibu selalu ada alasan, disuruh belajar masih ditunda dulu. Kamu itu mau jadi
apa sih, Nak?” kata Ibu suatu ketika.
Sore hari,
udara sangat sejuk. Ibu sudah membersihkan rumah. Saat ini dia ingin bersantai.
Ketika baru saja duduk di sofa yang empuk, tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
Sesaat Ibu terkejut mendengarnya. Teh yang ingin diminumnya hampir saja tumpah.
Dengan segera Ibu membukakan pintu. Dan kemudian, terlihat sosok seorang pria
yang sedang membawa tas dan beberapa bingkisan. Wajahnya yang keriput telah
dipenuhi dengan peluh dan keringat. Namun beliau tetap memberikan senyuman yang
hangat.
“Assalamualaikum, Lastri.” kata Kakek.
“Waalaikum
salam. Ayah? Kok tidak beri tahu
Lastri kalau Ayah mau datang? Biar Lastri bilang ke mas Pram untuk jemput Ayah
di terminal,” jawab Ibu sembari mencium tangan Kakek.
“Halah, tunggu suamimu sampai kapan, Las.
Wong dia pulangnya sampai larut malam
begitu. Biarlah sekali-kali Ayah beri kejutan, hehehe... Oh iya, omong-omong di mana cucu kesayanganku itu? Ayah
sangat merindukannya,” kata Kakek sambil memperhatikan sekeliling ruangan.
“Oh, dia sedang
main ke rumah Rani, teman sekelasnya. Kebetulan dia bertetangga dengan kami.
Sudahlah, Ayah. Biar nanti saja temu kangennya. Sekarang Ayah mandi dan
istirahat. Lastri mau menyiapkan makanan dulu.”
Tak lama
kemudian, Amanda datang. Dia langsung menuju kamarnya tanpa memperhatikan Ibu
dan Kakek yang duduk di ruang tamu. Melihat hal itu, Ibu segera menghampiri
Amanda yang sedang menghidupkan radio.
“Manda, kenapa kamu langsung masuk kamar sih, Sayang? Kakek datang tuh. Beliau kangen sama kamu. Apalagi
beliau datang bawa oleh-oleh kesukaanmu.”
“Kenapa Kakek datang lagi sih, Bu? Baru saja satu bulan yang lalu
Kakek datang. Eh datang lagi. Bosan jadinya.”
“Manda! Kamu nggak boleh bicara begitu. Itu Kakek kamu.
Ibu nggak suka kalau Manda seperti
itu. Jangan ulangi lagi!”
Ibu kesal
terhadap sikap anaknya itu. Akhirnya dia pergi ke dapur. Pada pukul 17.35,
adzan Magrib berkumandang. Waktunya untuk sholat. Ibu dan Kakek selesai sholat
dan menuju ruang keluarga.
“Mana Manda kok tidak kelihatan? Apakah dia sudah
sholat?”
“Entahlah,
Yah. Mungkin ada di kamarnya. Dia susah dibujuk, mungkin Ayah bisa. Lastri ke
dapur dulu.”
Kakek menuju
kamar Amanda. Dilihatnya dia sedang asyik mendengarkan musik. Lalu Kakek segera
mematikan radio sekaligus. Amanda langsung menoleh ke arah radionya.
“Manda, kamu
sudah sholat belum?”
“Sebentar lagi,
Kek,” jawabnya dengan malas.
“Sayang, kamu
sudah mendengarkan adzan Magrib kan?
Berarti kamu harus bergegas sholat, jangan ditunda terus. Ingat, segera sholat
sebelum kamu disholatkan dan kalau bisa melaksanakannya tepat waktu. Oh iya,
Kakek dengar kamu pernah ikut lomba tari Balet di sekolahmu tapi gagal kan?”
“Kok Kakek tahu. Pasti Ibu yang bilang,”
gerutu Amanda.
Kakek
tersenyum dan mendekati Amanda. “Kakek tahu penyebab dan cara mengatasinya.
Penyebab dari kegagalanmu itu adalah kamu mudah putus asa dengan hasil usahamu,
tidak mencoba untuk berusaha lagi. Kemudian kamu malas untuk berlatih. Apalagi
kamu juga mengulur-ulur waktu. Jadi benar kan
kamu gagal dalam lomba yang kamu idamkan itu?”
Amanda
mengangguk pelan dan merenungi kegagalannya. Merasa Amanda berubah sikap, Kakek
melanjutkan nasehatnya. “Nah, kalau kamu ingin berhasil dalam menggapai
keinginanmu, entah itu ingin mengikuti lomba, meraih prestasi, mewujudkan
cita-citamu, maka ubahlah sikap dan kepribadian buruk yang ada pada dirimu
mulai sekarang. Jika kamu mudah putus asa, maka ubahlah dengan menanam rasa
percaya diri yang tinggi. Jika kamu malas, maka ubahlah dengan terus bersemangat.
Selain itu, kamu harus belajar disiplin, mematuhi peraturan, menghormati orang
tua, menumbuhkan sikap peduli pada sesama, dan gunakan waktumu sebaik-baiknya.
Itu semua akan membantumu untuk meraih kesuksesan. Namun, jika itu sulit
dihadapi, lakukanlah secara perlahan. Semua akan terasa mudah jika kamu bisa
melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dan tak lupa terus berdoa dan mensyukuri
apa yang kamu peroleh saat ini. Ingatlah pesan Kakek dalam hatimu selamanya,
Amanda.”
***
Hujan turun membasahi bumi. Ditambah
hembusan angin yang kencang membuat bulu kuduk berdiri karena kedinginan. Tak
terasa air mata mulai berjatuhan. Amanda menyeka air mata itu dengan kedua
tangannya. Dia menghela napas panjang. Kemudian dia beranjak dari ayunan yang
telah dibuat oleh Kakek pada waktu dia masih kanak-kanak. Dia tidak pernah
menyangka peristiwa tersebut merupakan pertemuan terakhir antara dirinya dengan
sang Kakek. Dalam benaknya, dia berjanji akan terus mengingat dan menjalankan
pesan terakhir itu dari Kakek. “Semoga Kakek tenang di alam sana. Kini Manda
tahu apa yang Kakek lakukan untuk mengubah Amanda. Terima kasih, Kakek.”
***
Oleh:
Nurul Farida, kelas PA/2012