Welcome to my blog

Senin, 10 Juni 2013

contoh cerpen "hasil karya kami''

Mimpi yang Tak Pulang
Oleh : Rochma Wahyu Sri W.L
122074031/PA 12

Kata itu melayang pada benakku, mengalahkan sejuknya semilir angin laut, debur ombak menggulung mengikuti derasnya angin, seakan menari pada lantai alam ini dan tak ingin tenang, melayangkan  jiwa karena dari rongga mulut  Anto menggelayut pelan rangkaian kata yang bermakna, sampai bulu kudu ikut menyaksikan kata itu membawa batinku berbunga, namun suara angin bergemuruh membawa butiran air yang mengantarkanku pada tumpukan kapas dan melelapkanku pada buaian tangan Anto yang kekar namun berpeluh kasih.

Keindahan mawar merah yang merekah pun mengalahkan indahnya parasmu, bukan hanya parasmu namun hatimu pun lebih indah. Aku berjanji kelak di pasir ini aku kan membawa dewi cintaku dalam suatu kehidupan nyata, penuh arogansi maupun ambisi yang terselip suka maupun duka”. Rangkaian kata yang selalu mendenging halus menembus selaput telinga mungil ini.

Ketika kornea terbuka aku terkejut melihat tangan kekar Anto  tak lagi membelai tubuhku, ditambah deringan seluler bernadakan jika pujaan hati mengirimkan sebuah pesan elektronik pada gadget mungil ini yang membuat hati kecilku bertanya-tanya. Bukan rayuan maupun harapan keindahan pesan yang dikirimkannya.
Petir menyambar ditambah hujan air mata yang turun dari kornea yang selalu dipuja oleh Anto. Entah apa ini sebuah duka atau malah suka.
Tanpa ku mengerti aku terperangkap oleh waktu, dimana waktu mempermainkan perasaanku. Aku tebus dengan arti kesetiaan, tapi manusia tercinta itu pergi dari kedua sisi hati. Terbelah menyakitkan, teriris pedih menyisakan perih. Aku bertahan dalam simpul keikhlasan berharap indah pada akhir cerita. Namun ternyata kecurangan yang ku dapatkan. Hati serasa terkoyak, terombang ambing bagai gelombang air. Menyisakan tanya namun tak terjawab. Mentari yang menyinari dua sisi hati kan hilang bersama bidadari lain menuju kehidupan nyata yang Anto janjikan dulu padaku.
***
“Kekejian dengan mudah datang padaku, kau dan dia berbeda. Apakah ini sebuah tradisi. Mengapa harus kita yang terperangkap dalam genggamannya. Jangan sekalipun kau bertanya apa keluhanku dan bagaimana kutemukan kesedihan ini. Bagaimana bisa kujelaskan padamu kejamnya cinta ini. Kenapa sebagian ditakdirkan menangis, kenapa setiap orang begitu asing dengan urusan hatinya, sehingga mereka tak melihat begitu banyak atmosfir keindahan dan kebahagiaan yang telah kita pancarkan. Sebenarnya ke arah mana kisah ini beralih ?? lingkungan apa ini, kita berada dalam keluarga penuh suka cita namun duka harus menyapa pada cinta kita. Lalu sebenarnya siapa yang harus kita sebut diri sendiri dan siapa yang harus kita sebut orang asing. “  Selembar pesan yang ku ukir dalam kertas biru kesukaan Anto.
Pesan hanyalah pesan. Namun tak satupun kata manis dari Anto mendayuh indah ditelingaku. Dekapan hangat yang setiap hari menggelayut sukma menghilang seketika. Angin mulai berhenti menyanyi, rembulan bintang yang kerap menyapa di siang hari kini diganti oleh awan yang menyeramkan. Mencoba menelusuri jejak Anto bersama gadis cantik itu. tapi ketika berusaha menyapa, gadis berambut panjang seperti idaman Anto menghalangiku.
Berulang kali aku berusaha menghubungi Anto. Tak tahu lagi berapa ribu air mata keluar. Seaakan aku hidup dengan menelan air mataku. Namun dalam hatiku lampu cinta terus menyala dalam hatiku. Demi Anto, hanya untuk Anto.
Mengapa tradisi tetap ada. Dimana rasa keadilan buat kami yang bercinta dan bermadukan kasih sayang. Haruskah cinta yang bertahun-tahun dipupuk hancur tak bersisa hanya karena sebuah tradisi yang tak begitu bermakna. Aku muak. Muak dengan Anto. Muak dengan gadis berambut panjang itu. Muak akan tradisi dan muak akan semuanya !!
***
Langit berwana jingga. Gelombang air pun tak lagi bersemangat saat aku bersama Anto, burung-burung tak lagi bernyanyi indah, pohon kelapa melambai lemas. Di tempat inilah semua kenangan indah terukir bersama Anto.  Ku mencoba memejamkan mata ditengah keramaian muda mudi yang berkasih. Tiba-tiba tangan kekar yang beberapa minggu tak pernah kurasakan kasihnya pun datang mendekap erat tubuh ini. Entahlah apa itu sekedar mimpi atau benar adanya. Namun ku tetap memejamkan mataku menikmati indah mimpi dan khayalku.
“Kehidupan telah membawaku bersamanya. Kejadian hari-hari di masa lalu telah membawa kita pada sebuah kenangan indah tiada tara. Hanya kenangan yang mengitari kita saat ini. Tanpa bertanya kuterima begitu banyak jawaban, tapi lihatlah apa yang sebenarnya aku inginkan dan apa sebaliknya yang aku terima. Namun tetap dalam hatiku lampu cinta tetap menyala. Demi kamu sayang, demi kamu dewiku, demi kamu Rianti !” rangkaian kata yang tak asing lagi di telingaku.
Benar, dia Anto. Anto datang menghampiriku. Perlahan ku membuka kelopak mata ini dengan keraguan berlambangkan kepastian. Aku takut jika itu adalah khyalan karena lama tak berjumpa dengan Anto. Tapi ini bukanlah khayalan, bibir merah Anto mengecup kening dengan penuh mesranya. Kehangatan yang sempat hilang beberapa momen datang kembali.
“Keindahan berhenti beberapa momen sayang. Lalu kemanakah kau pergi dan kemanakah aku harus bersandar. Mengapa kisah hati ini hanya bertahan beberapa momen. Apakah itu benar kau yang akan pergi, atau hanya sekedar hujan impian. Apa selama ini kau yang menemaniku atau hanya awan kebahagiaan yang melintas di atas kepala ?” Air mata tak ubahnya menetes diatas bahu kekar tempatku menyandarkan tubuh lemah ini.
“Itu benar aku, bunga mawarku. Tak sekedar hujan impian maupun awan kebahagiaan. Hanya kau yang bisa membuatku terjaga sepanjang malam. Tuhan tahu sejak kapan engkau berada dalam hatiku. Aku bersumpah hanya kau satu-satunya dalam hatiku sampai keabadian.”
***
Hidup ini seperti jalan panjang dimana manusia harus terus berjalan. Dengan siapa kelak mereka bersanding maka itulah yang terbaik buat dirinya. Meski lelah ku menunggu namun aku yakin penantian ini kan tiada akhir karena cinta seperti pengorbanan. Aku yakin, aku harus menunjukan pengorbanan ini agar mereka semua sadar kalau aku dan Anto benar-benar peduli terhadap mereka. Walau mereka berpura acuh akan perasaanku dan Anto.
Langit berwarna keunguan sebentar lagi sang surya pun menyusul dengan bahagianya. Namun tidak buatku, pagi ini hatiku layaknya boomerang yang siap meletus menyaksikan Anto bersanding dengan gadis lain. Iblis merasuki jiwa yang kosong ini. Tanpa beribu-ribu alasan kaki ini tak ingin berhenti dan terus melangkah. Hingga tiba di depan janur kuning yang indah. Sekali lagi itu tak indah buatku !
Sukmaku melayang, terbang jauh bersama awan hitam yang bergemuruh tiba-tiba. Terlihat diujung sana mempelai tampak bahagia. Anto, kenapa dia sama sekali tak merasakan kehadiranku. Ku percepat langkah kakiku, tepat di depan gadis bersanggul itu.
“PLAAAKK !!!”
Aku pun jatuh tersingkur. Tak ingat jelas kajadian demi kejadian yang kualami setelanhya. Tapi ku hanya mengingat ketika ku membuka kelopak mata ini telah bersanding di sebelahku seorang pangeran tampan membawa permata yang dilingkarkan di jari manisku dan berucap.
“Happy  Anniversary 2th bidadari kecilku”.



CINTA KEDUA
Oleh: Ratna Dwi Lestari
122074002/PA’12

Termenung. Murung. Bingung. Linglung. Diantara derasnya aktivitas manusia di tengah keramaian desa. Terlihat pedagang asongan yang hilir mudik datang bergantian, kakek-kakek yang berangkat ke tempat sekumpulan padi yang sudah siap untuk dijadikan penambah energi bagi tubuhnya yang sudah hampir layu. Tertangkap juga  segerombolan  anak  yang berpakaian seragam putih dengan bawahan merah, seragam putih dengan bawahan biru, dan juga seragam putih dengan bawahan abu-abu yang akan berangkat mencari sebanyak-banyaknya ilmu.
Dibalik kerumunan berjuta orang,  aku melihat sesosok  pria dengan tatapan matanya yang kosong, kulit sawo matangnya terlihat kusam menyelimuti tubuh atletisnya, rambut hitam bermodel ravennya  tampak tak  terawat, dia sedang duduk bersandar di jendela rumahnya yang mungil dan sempit. Entah apa yang sedang ada difikirannya saat itu. Gembira atau sedihkah? Yang aku tahu dulu dia adalah anak yang periang, ceria dan bahkan hari-harinya selalu dia lewati dengan hal yang menyenangkan. Dia juga senang membantu sesama yang sedang dilanda kesusahan. Aku semakin tak mengerti pisau apa yang telah melenyapkan semua sifat kekhasannya itu?
Di saat burung yang bermata lebar mulai mengeluarkan suaranya yang mencekam, dinginnya angin yang mengangkat bulu-bulu di kulit, serta sunyinya malam yang sangat kelam. Tiba-tiba terdengar suara handphone berdering. Seketika aku bergegas memencet tombol yes yang ada di handphone itu. Suara bariton yang khas darinya sekejap membangunkan tidurku. Setiap kali mendengar suaranya, hati dan fikiranku menjadi tidak karuan.
“Rin maukah kamu menjadi pengisi hati dan hari-hariku yang kosong dan sepi ini?” ucapnya dengan nada yang lirih namun pasti.
Aku hanya bisa diam dengan jantung yang berdetak sangat cepat seperti orang yang baru  berlari seribu kilo meter ditambah dengan push up seribu kali. Aku seperti orang bisu yang tidak dapat berkata apa-apa. Seketika aku meletakkan handphone itu dan mencubit kulitku sendiri, apa ini benar-benar terjadi ataukah hanya mimpi yang hadir di tidurku. Aaaww sakiiiit…ternyata ini bukan mimpi. Bagaimana tidak? Teman masa kecilku itu, yang akhir-akhir terlihat sering melamun dengan tatapan kosong tiba-tiba menyatakan cinta kepadaku? Siapa yang tidak merasa kaget?? Namun dibalik semua itu, dilubuk hati terdalamku ada perasaan bahagia yang terselip. Sebuah rasa yang begitu lama terpendam kini membuncah keluar. Sebuah perasaan sayang yang begitu murni untuknya, kini terbalaskan. Segera ku ambil handphone ku lagi.
“iya..!”
Hanya satu kata itulah yang bisa terucap dari mulutku yang kaku ini. Aku segera mematikan telpon darinya karena aku sudah tidak sanggup lagi menahan kegembiraan yang melanda hatiku saat itu.
Sebuah hati yang selama ini kosong, yang kukira sudah tidak ada lagi yang mau mengisi dan menempatinya, kini telah ada sosok pangeran yang bersedia dan mau untuk menempatinya. Hari-hari kulalui dengan mahligai cinta bersama dengannya.            Hari-hari semakin berwarna seperti pelangi yang mempunyai warna sangat indah. Seperti rumput-rumput yang terkena air hujan dapat tumbuh kembali untuk mewarnai tanah-tanah yang coklat.
Dua bulan tepat pada bulan kesepuluh, aku kembali menjalani kerasnya hidup sendiri karena dia harus pergi kesebuah perantauan yang sangat jauh. Tempat dimana banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi, tempat para pemimpin-pemimpin negara berada, serta tempat para artis-artis menjalani pekerjaannya. Dengan kondisi yang serba terpaksa, bagai ditusuk dengan pedang samurai yang sangat tajam aku berusaha rela untuk membiarkan dia merantau. Masih ada handphone yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, pikirku saat itu. Air mata pun jatuh ketika jaket hitamnya telah siap untuk membentengi dia dari dinginnya angin jalan dan sebuah ransel besar yang sudah menempel di punggungnya. Air mataku mengalir semakin deras ketika dia membisikkan sebuah kalimat di telinga kananku.
“Aku berjanji akan kembali dan menemanimu lagi menjalani hari-hari ini kembali, aku juga akan selalu menghubungimu setiap waktu. Aku akan sangat merindukanmu Airin.”
Bulan sudah berganti dengan tahun, sampai aku merasakan ada yang yang berbeda dengan sikap Rangga kepadaku, sepertinya sudah nampak ada kebosanan pada dirinya dalam menjalani hubungan yang berada pada jarak yang sangat jauh. Aku merindukan sosoknya yang ramah dan tegas bagai seorang pangeran dalam hatiku. Namun sekarang ini  dia tidak lagi menjadi pangeran yang selalu mengisi hatiku. Bahkan aku kehilangan kontak dengannya, berkali-kali aku mencoba menghubunginya,dan ternyata jawaban yang aku dapatkan sama “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi”. Aku semakin bingung dengan semua ini.
Di balik atap-atap rumah muncul matahari yang siap untuk menerangi dan menghangatkan kehidupan ini, akan tetapi aku masih merasa berada di dalam gua yang tidak mendapatkan pancaran sinar matahari setitik pun, gelap bahkan sangat gelap. Aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari hidupku. Sosok pangeran yang dulunya menjadi penyemangat sekaligus yang memberikan warna di hidupku, kini hilang entah kemana. Tepat lima belas bulan lebih satu hari aku menjalin hubungan dengannya. Hingga aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini meski tanpa persetujuan darinya.
Hati ini benar-benar kembali kosong, bahkan lebih kosong dari sebelumnya. Tidak ada lagi pelangi yang memberi warna di dalamnya. Semuanya sudah hilang terbakar api kesedihan. “Apakah semua ini benar-benar sudah berakhir sampai disini? Mungkinkah pelangi itu datang kembali?” tanyaku dalam hati yang pilu. Aku hanya bisa mencoba menghibur diriku sendiri lewat alunan lagu mellow kesukaanku.
Suara perempuan paruh baya setiap hari terdengar di telingaku, suara lembutnya yang  selalu membuat hatiku bergetar, seakan memberikan semangat yang tinggi kepada ku agar lebih sabar lagi dalam menjalani semua ini. “Airin jika kamu terus-terusan mengurung diri dan tidak mau makan, kamu akan sakit nak? Sudahlah jangan dipikirkan terus, jika memang Rangga jodoh kamu, dia pasti akan kembali lagi kepelukan kamu, percaya sama Ibu, nak!!”
Aku tidak dapat berkata apa-apa, aku hanya bisa merebahkan tubuhku yang lemah ini ke pangkuan perempuan paruh baya itu, hingga tak sadar air mataku telah membasahi kedua pipiku. “Apa yang Ibu katakan benar, Airin harus melupakan semua ini. Terima kasih bu, engkau memang pahlawan di dalam hidup Airin.”
Terik matahari dan asap kendaraan senantiasa menemaniku dalam menjalani semua aktivitas rutinku. Seabrek kegiatan telah membuatku melupakan masa laluku yang pilu. Puing-puing hati ku yang rapuh pun mulai pulih kembali. Hingga suatu hari ketika hati ini bermaksud untuk benar-benar membuang duri-duri kepedihan dalam hati ku, tiba-tiba seekor kunang-kunang datang memberikan cahaya ke dalam hatiku. Dan ternyata kunang-kunang itu adalah sosok pelangi yang selama ini telah pergi. Aku seakan tak percaya dengan semua yang terjadi saat itu. Mataku terbelalak tak percaya, benarkah itu dia? Dan ternyata benar, Rangga datang kembali menemuiku. Rasa sayang itu masih tetap ada, tapi tak lama rasa sayang itu berganti dengan rasa kecewa yang sangat dalam, ketika teringat sikap Rangga yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar sedikitpun.
“Untuk apa kamu kesini Ngga? Apa belum cukup kamu menghancurkan hatiku dengan menanamkan duri yang sangat tajam.”
“Rin, aku kesini mau menjelaskan semuanya kepadamu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti hati kamu Rin. Aku sayang sama kamu. Aku hanya tidak mau kamu menjadi tersiksa dengan hubungan jarak jauh ini. Itu alasan kenapa aku selama ini bersikap kayak gitu ke kamu, percayalah Rin, aku benar-benar sayang sama kamu!”
Aku memalingkan tubuhku dan berjalan menjauh darinya. Aku tak kuasa menahan air mataku. Aku tak dapat membohongi diriku sendiri jika sebenarnya aku masih sangat sayang kepadanya. Tiba-tiba dari belakang tangan kosong memegang pergelangan tanganku. Langkahku pun seketika berhenti. Terdengar suara baritonnya memohon kepadaku.
“Rin, aku benar-benar menyesal, izinkan aku untuk memperbaiki semua kesalahanku padamu, aku janji akan menjadi pelangi yang terbaik dalam hatimu!”
Tubuh atletisnya segera memeluk tubuhku yang rapuh ini. Aku masih tetap merasakan kenyamanan jika bersama dengannya. “Rin, izinkan aku untuk mengisi kembali hati kamu?”
Aku bingung, dengan spontan tiba-tiba kepalaku mengangguk yang itu berarti aku memberikan kesempatan kedua kepada Rangga untuk memperbaiki semua kesalahannya. Semoga cinta keduaku dengan Rangga ini menjadi cinta yang abadi dan lebih indah daripada cinta pertama yang aku bina dengannya.

SNDT Girls

                Ada empat orang sahabat di sekolah Merpati. Mereka bernama Safa, Naya, Dara dan Tina yang sedang duduk di kelas 3. Pada saat kelulusan tiba, mereka berkumpul di taman belakang sekolah. Setelah lelah bercerita, mereka sepakat untuk bermain petak umpet agar otot-otot mereka menjadi renggang karena selama ujian berlangsung, tubuh dan pikiran mereka selalu tegang.
                Saat itu, Safa mendapat bagian pertama menjadi penjaga. Naya, Dara dan Tina senang bukan main. Apalagi mereka pandai bersembunyi. Sehingga Safa merasa kesulitan mencari mereka. Karena lelah mencari, akhirnya dia kembali ke taman belakang sekolah. “Siapa tau mereka kembali kesana,” pikir Safa. Namun, ketiga sahabatnya tidak kunjung datang. Alhasil, karena Safa mudah bosan maka dia berjalan-jalan di sekitar taman dan menemukan ide cemerlang. Dia bergegas ke tempat parkir untuk mengambil kotak yang ada di mobilnya dan mengisinya dengan barang-barang kesukaan Naya, Dara, dan Tina. Lalu dia menguburnya dekat pohon cemara. Dia ingin memberikan kenangan terindah kepada sahabatnya kelak.
“Maaf Safa, kami lupa kalau kita sedang bermain petak umpet. Makanya, setelah lelah berlari kami ke kantin untuk makan siang dan sadar kalau ada yang hilang dari kami. Ternyata kamu yang hilang itu. Makanya, kami bergegas kesini,’’ kata Dara.
“Baguslah kalau kalian masih ingat aku, karena jika tidak maka kalian tidak akan pernah mendapat hadiah dariku,” jawab Safa.
“Apa itu?” tanya mereka bertiga hampir bersamaan.
“Itu rahasia. Karena aku sudah mencari kalian tapi tidak ketemu, sekarang gantian kalian yang mencari hadiah dariku dan aku harap kalian bisa menemukannya. Hadiah itu ada di dalam kotak yang terdiri dari empat kunci. Ini, aku berikan kuncinya pada kalian dan kita memegang kunci satu-persatu. Aku menyembunyikannya di sekitar taman ini. Ingat, kita jangan mencarinya sekarang tapi ketika kita sudah menjadi orang terkenal karena hadiah itu berhubungan dengan cita-cita kita. Oh iya, kalian tau kan kalu aku sering lupa meletakkan sesuatu. Jadi aku memberi tanda di pohon cemara ini agar kita bisa berkumpul dan mulai mencarinya dari sini. Kalian bisa mengingatnya, kan?”
“Baiklah, kami sepakat. Sepertinya, ini menarik. Kami akan melakukannya sebagai permintaan maaf kami karena meninggalkanmu di taman ini. Bagaimana teman-teman?” tanya Naya.
“Sepertinya aku tidak yakin dengan hal ini. Tapi apa boleh buat. Demi persahabatan, aku akan mencobanya,” kata Tina.
“Terima kasih banyak, teman-teman. Kalian tau, aku sudah memaafkan kalian sebelum kalian datang kesini, dan aku sangat senang mendengar kalian mau melakukan permintaan terakhirku. Aku janji mulai saat ini tidak akan merepotkan kalian,” jawab Safa sambil tersenyum dengan wajah yang sangat ceria.
***
                Begitulah pertemuan terakhir mereka. Mereka akan bertemu kembali sesuai tanda di pohon cemara yang ditunjuk Safa. Pada pohon tersebut, terukir inisial nama mereka yaitu SNDT beserta tanggal pertemuan mereka yaitu 12-12-12 pada pukul 12.00. Waktu tersebut sesuai dengan hari jadinya persahabatan mereka yaitu tanggal 12 Desember 2006 saat menginjak kelas 2. Keempat sahabat ini berencana untuk merayakan hari jadi persahabatan SNDT sekaligus kesuksesan menjadi orang terkenal sesuai impian mereka. Setelah itu, mereka akan membuat tempat usaha bersama.
                Safa yang menyukai fashion, diterima di salah satu perguruan tinggi di Paris, Perancis. Dia hijrah ke Paris untuk menjadi desainer profesional dan ingin membuka usaha bersama ketiga sahabatnya itu. Kemudian Naya yang selalu memperhatikan penampilannya saat dia di rumah, ke sekolah, maupun hang out bersama teman-temannya, diterima di sekolah kecantikan di sekitar daerah Yogyakarta, tempat tinggalnya sekarang dan ingin memulai bisnisnya mendatang di bidang salon dan spa.
                Tapi jangan bertanya soal Dara bersekolah dimana karena dia tidak melanjutkan studinya dimanapun. Mengapa demikian? sebab Dara selalu mendapat banyak tawaran casting di berbagai tempat. Sehingga dia terbang ke Jakarta untuk menerima tawaran tersebut dan menjadi artis terkenal. Buktinya dia selalu tampil di layar kaca dan memukau banyak orang. Hal itu disebabkan oleh bakat alaminya yang pintar ber-acting sekaligus didukung parasnya yang cantik dan anggun karena berdarah Indo-Inggris dari orang tuanya.
                Apalagi Tina yang juga memiliki nasib beruntung. Dia akan mewarisi perusahaan orang tuanya di salah satu restoran hotel berbintang di Yogyakarta. Dia akan melanjutkan jejak ayahnya sebagai chief ternama namun dia bersekolah dahulu kurang lebih selama tiga tahun untuk meningkatkan kemampuannya di bidang kuliner. Selanjutnya dia akan menyiapkan gedung untuk kedua sahabatnya, yaitu Safa dan Naya untuk membuka usaha butik maupun salon dan spa di dekat restorannya.  Sehingga tempat usaha mereka itu berguna untuk orang lain. Jika seseorang membeli pakaian/ingin menata rambutnya tapi sedang kelaparan, dia tidak akan jauh-jauh membeli makanan sebab ada restoran Tina yang akan menjawabnya. Dan pastinya dengan jasa Dara sebagai artis terkenal, dia akan mempromosikan bisnis sahabatnya agar semua orang tertarik mengunjungi tempat usaha mereka dan menjadi laris manis. Benar-benar kolaborasi yang unik!
***
                Namun hal buruk terjadi! Walaupun seseorang ingin berencana sesuatu namun belum dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa, rencana tersebut tidak akan berhasil meski orang itu melakukan banyak cara. Hal itu, juga dialami keempat sahabat ini.
                Ketika menjelang hari pertemuan mereka yaitu 12 Desember 2012 pada pukul 12.00 di taman belakang sekolah Merpati, sebuah musibah terjadi pada Safa. Sesuai rencana, setelah dia mendapat gelar The Best Fashion Designer Academy, dia akan bertolak ke tanah air pada bulan November 2012. Namun, pesawat yang ditumpangi Safa saat itu mengalami kecelakaan dan mengakibatkan dirinya meninggal. Mendengar berita tersebut, kedua sahabatnya yaitu Naya dan Tina yang menunggu kedatangan Safa di bandara histeris.  Mereka tidak menyangka jika kedatangan sahabat yang lama tidak bertemu membuat hati mereka terluka.
                “Apa yang harus kami lakukan? Tinggal satu bulan lagi perjanjian kita akan terlaksana, Safa. Tapi kenapa kamu pergi duluan? Padahal tinggal satu langkah lagi kesuksesan akan menyapa kita. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku tidak bisa melupakanmu semudah itu. Kamu terlalu baik padaku, Dara dan juga Tina. Kembalilah. Aku mohon, kembalilah Safa. Kami ingin melihat wajahmu yang ceria seperti dulu. Bukan wajah yang pucat dan dingin seperti ini...hiks...hiks...hiks...” isak Naya sambil memeluk bingkai yang berisi foto dirinya beserta ketiga sahabatnya itu.
***
                Setelah menaburi bunga-bunga di tempat peristirahatan Safa, Naya kembali ke rumahnya. Dia masih memikirkan nasib perjanjian SNDT selanjutnya. Namun, dia tidak menemukan jalan keluar. Tak lama kemudian, muncullah Tina dari toko buah. Naya segera menghampirinya untuk meminta pendapat tentang kelanjutan perjanjian tersebut. Dan apa yang terjadi? Tina membentaknya karena dia merasa Naya telah mengganggu pekerjaan Tina. Tanpa pikir panjang, Naya menuju rumah Safa untuk mencari petunjuk.
                Dan ternyata dugaan Naya tepat. Dia menerima kunci kotak yang dipegang oleh Safa dulu beserta sepucuk surat dari pembantu Safa. Naya membuka lembaran itu yang berisi:
Untuk teman-temanku,
Aku tau ini akan berat buat kita. Sesuatu sedang terjadi disini. Yang jelas aku punya firasat buruk ketika mau meninggalkan Paris, tapi aku tidak tau pasti apa itu. Sepertinya, aku tidak akan kembali dan menepati janji kita. Tapi kalian jangan khawatir, kunci itu ada di kamarku. Tidak kubawa sampai ke Paris kok. Dan aku berharap kalian bertiga bisa menemukan kotak itu, dengan atau tanpa kehadiranku. Semoga berhasil. Maaf merepotkan kalian semua.
Salam SNDT
Safa

                Dua hari kemudian, Naya ingin menjelaskan kabar baik ini kepada Tina. Namun sayang semenjak kepergian Safa, Tina bertingkah aneh. Bahkan tidak ingin mengingat dan membicarakan perjanjian tersebut lagi. Mengetahui hal tersebut, Naya terus menghubungi Tina namun tidak ada tanggapan apa-apa.  Sampai akhirnya, Naya mengirim email tentang surat tersebut dan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencari hadiah dari Safa.
                Karena merasa terganggu dan kesal kepada Naya yang terus-menerus membicarakan perjanjian itu, maka Tina berniat buruk dan akan mencelakakan Naya.  Dan suatu ketika, dia pura-pura mengajak Naya ke suatu tempat untuk membicarakan perjanjian SNDT. Pastinya, Naya senang mendengarnya. Namun setelah sampai di tempat itu, Tina memukul Naya dari belakang hingga pingsan. Dia tega menculik sahabatnya sendiri lantaran pekerjaannya terganggu dan trauma atas kepergian Safa. Padahal Naya berniat baik untuk melaksanakan amanat dari Safa dan membangun cita-cita persahabatan SNDT. Namun Tina berpikir negatif.
***
                Rabu, 12 Desember 2012. Tinggal beberapa waktu lagi perjanjian SNDT dimulai. Namun yang terjadi tidak diharapkan. Pada pukul 06.00, rumah Naya mendapat telepon dan kebetulan Siska, adik Naya mengangkat telepon.
“Halo, dengan siapa dan ada perlu apa?”
“Siska, ini kakak.”
“Ya ampun, Kak. Kakak dari mana saja kok tidak pulang-pulang dari kemarin? Ayah dan ibu ke luar kota. Aku sendirian, tau?”
“Aku tidak tau ada dimana, yang jelas ada orang yang memukul Kakak sampai pingsan. Dan ternyata orang itu Tina. Aku tidak tau, apa alasannya. Yang jelas Kakak minta bantuanmu. Apa kamu masuk hari ini?”
“Kebetulan aku libur karena ada setiap kelas dipakai oleh kelas 3, mungkin ujian. Apa yang harus aku lakukan, Kak?”
“Kamu tau perjanjian SNDT yang Kakak ceritakan dulu, kan? Perjanjian itu akan dimulai hari ini di sekolah kita. Tapi Kakak tidak bisa datang. Aku minta kamu yang mencari kotak itu tapi tunggu sampai Dara datang. Kalian harus mencarinya segera sebelum Tina yang menemukannya. Aku yakin dia akan merusak kotak itu dan menggagalkan perjanjian ini. Untuk masalah kunci dan membuka kotak itu urusan belakangan. Yang penting kalian harus menemukan kotak terlebih dahulu dan menyembunyikannya di tempat yang aman dari jangkauan Tina. Bagaimana, bisa?”
“Baik, Kak. Akan kulakukan yang terbaik buat Kakak. Setelah Kak Dara datang, akan ku ceritakan masalah ini padanya.”
“Terima kasih. Tapi jangan ceritakan masalah ini pada orang lain. Cukup kamu dan Dara yang tau. Semoga berhasil.”
“Baik, Kak. Jaga diri Kakak baik-baik setelah misi ini selesai, kami akan mencari Kakak.”
***
                Pukul 09.00, Dara datang dan terkejut mendengar masalah ini dari Siska. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung menuju Sekolah Merpati dan mulai mencari kotak. Waktu demi waktu terus berjalan namun kotak itu tak kunjung ditemukan. Sampai pukul 12.00, mereka kelelahan dan istirahat sejenak di bawah pohon cemara yang terdapat tanda SNDT. Dara terus memikirkan cara untuk mencari kotak itu. Ajaibnya, dia beruntung mengingat salah satu kebiasaan Safa yaitu Safa selalu memberikan tanda di berbagai tempat agar kebiasaan buruknya yang sering lupa tidak terjadi. Maka Dara dan Siska menggali tanah di sekitar pohon cemara untuk mencari kotak yang disembunyikan Safa dahulu, dan menemukan kotak itu. Kemudian mereka segera meninggalkan taman itu. Namun sayang, Tina sudah tiba di taman itu.  Sehingga Dara dan Siska bersembunyi di semak-semak.
                Tina tidak sendirian. Dia datang bersama Naya dan memaksa untuk mencarinya. Dia mengira bahwa Naya telah menemukan kotak itu padahal Naya tidak tahu apa-apa kecuali mencari kotak itu bersama. Karena tidak tega melihat sahabatnya diperlakukan kasar, maka Dara muncul sambil membawa kotak itu.
“Hei, hentikan omong kosongmu, Tina!”, teriak Dara.
“D-d,da..ra. Sejak kapan kamu datang? Lama kita tidak bertemu ya”, kata Tina.
“Halah, jangan sok akrab. Ternyata kamu sudah berubah, ya. Dasar munafik! Sahabat sendiri dianiaya. Apa kata Safa kalau melihat hal ini? Pasti dia tidak tenang disana!”
“Kamu tidak mengerti karena baru saja datang, Dara. Dia selalu menggangguku dengan mengingat dan mengajak untuk mencari kotak itu. Aku tidak mau karena aku masih trauma atas kepergian Safa. Jadi aku ingin menggagalkan rencana ini. Percuma kalau tidak ada Safa karena Safalah yang tahu keberadaan kotak itu.”
“Loh, wajar dong kalau Naya mengingatmu tentang perjanjian ini. Walaupun kita sama-sama trauma, dia berusaha bangkit dan menepati janji ini. Ini, buktinya! Akhirnya aku dan Siska menemukan kotak ini berkat usaha Naya yang terus mencari petunjuk-petunjuk dari Safa. Sedangkan kamu tidak berusaha sedikitpun, malah merusak suasana. Padahal kamu dan Naya sama-sama dekat dari tempat ini jadi mudah mencari petunjuk itu. Setelah petunjuk itu terpecahkan, baru kamu mencarinya. Tina.. Tina, teman macam apa kamu!”
                Melihat hal ini, akhirnya Naya turun tangan. “Hei, hei, hei. Sudahlah. Kalian jangan bertengkar. Itu tidak akan merubah suasana. Kita ambil hikmahnya saja. Buktinya kita tetap melakukan perjanjian ini dan menemukan kotak pemberian Safa. Walaupun ada atau tidaknya Safa saat ini. Oh iya, kalian membawa kuncinya, kan? Jadi, ayo kita buka bersama.Kita pegang kunci kita masing-masing, dan Siska memegang kunci Safa. Jadi, tetapkan kotak ini dibuka oleh SNDT?”
                Kemudian kotak yang lama terkubur di dalam tanah itu terbuka. Dan mereka berempat terkejut melihat isi dari kotak itu. Ternyata dibalik barang-barang itu terdapat sepucuk surat.
Teman-temanku,
Bagaimana hadiahnya? Kalian terkejut, kan? Ternyata dugaanku benar. Apa yang kita cita-citakan terwujud. Jadi, kuberikan hadiah ini pada kalian semua.
Naya yang suka menjaga penampilan, ku berikan majalah ini untukmu. Semoga menjadi inspirasi untuk usaha salonmu kelak ya. Kemudian, Dara, sang artis sekolah Merpati. Mungkin selanjutnya bukan artis tingkat sekolah tapi artis tingkat  nasional ataupun internasional, hehe. Tolong terima skenario ini ya. Aku harap kamu bisa memerankan tokoh yang aku buat. Ini kan yang kamu inginkan? Aku yakin kamu pasti bisa. Dan yang terakhir adalah si ratu kuliner kita. Terima kasih ya, berkat Tina kita semua bisa tahu dan mencicipi makanan bergizi dan yang berasal dari berbagai tempat nasional maupun internasional. Jadi, ku persembahkan kepada sang ratu yaitu resep-resep aneka cemilan. Kita berempat sering membuatnya dan hasilnya enak bukan main, kan? Jadi kenapa tidak dicoba ke masyarakat, pasti banyak yang pesan tuh.
Setelah mendapat hadiah, langkah selanjutnya adalah membuka tempat usaha. Aku yakin pasti seru dan hasilnya berguna bagi kita terutama semua orang. Jadi, semoga kesuksesan mendatangi kita selalu, ya!!!! Amien...
Salam SNDT
Safa

                Mereka menangis setelah membaca surat itu. Mereka tidak menyangka mendapat hadiah spesial dari sahabat spesial pula. Mereka terharu dan bangga pernah memiliki seseorang yang memiliki hati lembut, pikiran matang, perilaku terpuji dan membuat orang senang berada disampingnya. Mereka tidak akan melupakan Safa begitu saja. Akhirnya, Tina meminta maaf kepada Naya dan Dara. Dia tidak akan mengulanginya lagi.  Tina mengajak sahabatnya itu ke restorannya sebagai permintaan maaf dan mereka saling memaafkan. Dan mereka berjanji akan berusaha membuka tempat usaha yang pernah dicita-citakan dahulu.
                Memang, setiap orang pasti mengalami masalah, baru mendapat solusinya. Ingat, setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan. Jadi, teruslah berusaha dan bersabar agar apa yang dicita-citakan tercapai dan jangan lupa terus menjalin silaturahmi seperti yang terkandung dalam kisah persahabatan SNDT ini. Semoga bermanfaat.
***
*Ku persembahkan catatan ini untuk para sahabatku. Semoga bermanfaat!

By Nufa (Nurul Farida.JBSI ‘12)
Surabaya, 09 April 2013

   Terima Kasih, Kakek
         Sore itu merupakan hari yang berduka bagi keluarga Amanda. Pasalnya, orang yang sangat mereka cintai telah pergi untuk selamanya karena penyakit jantung dan faktor usia. Cuaca mendung pada sore itu sepertinya juga larut dalam kesedihan. Amanda yang duduk termenung di ayunan merasa terpukul atas kejadian ini. Dia tidak menyangka, sosok kakek yang selama ini dia cintai sekaligus dihormati kini telah tiada.
         Hari demi hari dia lalui bersama Kakek. Kenangan-kenangan yang terus menghiasi hari-hari mereka kini telah berakhir. Dia ingat betul peristiwa yang dilalui bersama Kakek pada akhir-akhir ini telah mengubah dirinya menjadi seorang putri jelita nan anggun.
***
         Peristiwa itu bermula saat dia bangun pagi. Ibu merasa pusing melihat Amanda yang setiap hari mengulur-ulur waktunya.
        “Apa sih yang kamu lakukan setiap harinya, Manda? Bangun pagi kesiangan, bantuin Ibu selalu ada alasan, disuruh belajar masih ditunda dulu. Kamu itu mau jadi apa sih, Nak?” kata Ibu suatu ketika.
         Sore hari, udara sangat sejuk. Ibu sudah membersihkan rumah. Saat ini dia ingin bersantai. Ketika baru saja duduk di sofa yang empuk, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Sesaat Ibu terkejut mendengarnya. Teh yang ingin diminumnya hampir saja tumpah. Dengan segera Ibu membukakan pintu. Dan kemudian, terlihat sosok seorang pria yang sedang membawa tas dan beberapa bingkisan. Wajahnya yang keriput telah dipenuhi dengan peluh dan keringat. Namun beliau tetap memberikan senyuman yang hangat.
         “Assalamualaikum, Lastri.” kata Kakek.
         “Waalaikum salam. Ayah? Kok tidak beri tahu Lastri kalau Ayah mau datang? Biar Lastri bilang ke mas Pram untuk jemput Ayah di terminal,” jawab Ibu sembari mencium tangan Kakek.
         “Halah, tunggu suamimu sampai kapan, Las. Wong dia pulangnya sampai larut malam begitu. Biarlah sekali-kali Ayah beri kejutan, hehehe... Oh iya, omong-omong di mana cucu kesayanganku itu? Ayah sangat merindukannya,” kata Kakek sambil memperhatikan sekeliling ruangan.
        “Oh, dia sedang main ke rumah Rani, teman sekelasnya. Kebetulan dia bertetangga dengan kami. Sudahlah, Ayah. Biar nanti saja temu kangennya. Sekarang Ayah mandi dan istirahat. Lastri mau menyiapkan makanan dulu.”
         Tak lama kemudian, Amanda datang. Dia langsung menuju kamarnya tanpa memperhatikan Ibu dan Kakek yang duduk di ruang tamu. Melihat hal itu, Ibu segera menghampiri Amanda yang sedang menghidupkan radio.
         “Manda, kenapa kamu langsung masuk kamar sih, Sayang? Kakek datang tuh. Beliau kangen sama kamu. Apalagi beliau datang bawa oleh-oleh kesukaanmu.”
         “Kenapa Kakek datang lagi sih, Bu? Baru saja satu bulan yang lalu Kakek datang. Eh datang lagi. Bosan jadinya.”
         “Manda! Kamu nggak boleh bicara begitu. Itu Kakek kamu. Ibu nggak suka kalau Manda seperti itu. Jangan ulangi lagi!”
         Ibu kesal terhadap sikap anaknya itu. Akhirnya dia pergi ke dapur. Pada pukul 17.35, adzan Magrib berkumandang. Waktunya untuk sholat. Ibu dan Kakek selesai sholat dan menuju ruang keluarga.
         “Mana Manda kok tidak kelihatan? Apakah dia sudah sholat?”
         “Entahlah, Yah. Mungkin ada di kamarnya. Dia susah dibujuk, mungkin Ayah bisa. Lastri ke dapur dulu.”
         Kakek menuju kamar Amanda. Dilihatnya dia sedang asyik mendengarkan musik. Lalu Kakek segera mematikan radio sekaligus. Amanda langsung menoleh ke arah radionya.
        “Manda, kamu sudah sholat belum?”
        “Sebentar lagi, Kek,” jawabnya dengan malas.
        “Sayang, kamu sudah mendengarkan adzan Magrib kan? Berarti kamu harus bergegas sholat, jangan ditunda terus. Ingat, segera sholat sebelum kamu disholatkan dan kalau bisa melaksanakannya tepat waktu. Oh iya, Kakek dengar kamu pernah ikut lomba tari Balet di sekolahmu tapi gagal kan?”
         “Kok Kakek tahu. Pasti Ibu yang bilang,” gerutu Amanda.
         Kakek tersenyum dan mendekati Amanda. “Kakek tahu penyebab dan cara mengatasinya. Penyebab dari kegagalanmu itu adalah kamu mudah putus asa dengan hasil usahamu, tidak mencoba untuk berusaha lagi. Kemudian kamu malas untuk berlatih. Apalagi kamu juga mengulur-ulur waktu. Jadi benar kan kamu gagal dalam lomba yang kamu idamkan itu?”
         Amanda mengangguk pelan dan merenungi kegagalannya. Merasa Amanda berubah sikap, Kakek melanjutkan nasehatnya. “Nah, kalau kamu ingin berhasil dalam menggapai keinginanmu, entah itu ingin mengikuti lomba, meraih prestasi, mewujudkan cita-citamu, maka ubahlah sikap dan kepribadian buruk yang ada pada dirimu mulai sekarang. Jika kamu mudah putus asa, maka ubahlah dengan menanam rasa percaya diri yang tinggi. Jika kamu malas, maka ubahlah dengan terus bersemangat. Selain itu, kamu harus belajar disiplin, mematuhi peraturan, menghormati orang tua, menumbuhkan sikap peduli pada sesama, dan gunakan waktumu sebaik-baiknya. Itu semua akan membantumu untuk meraih kesuksesan. Namun, jika itu sulit dihadapi, lakukanlah secara perlahan. Semua akan terasa mudah jika kamu bisa melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dan tak lupa terus berdoa dan mensyukuri apa yang kamu peroleh saat ini. Ingatlah pesan Kakek dalam hatimu selamanya, Amanda.”
***
         Hujan turun membasahi bumi. Ditambah hembusan angin yang kencang membuat bulu kuduk berdiri karena kedinginan. Tak terasa air mata mulai berjatuhan. Amanda menyeka air mata itu dengan kedua tangannya. Dia menghela napas panjang. Kemudian dia beranjak dari ayunan yang telah dibuat oleh Kakek pada waktu dia masih kanak-kanak. Dia tidak pernah menyangka peristiwa tersebut merupakan pertemuan terakhir antara dirinya dengan sang Kakek. Dalam benaknya, dia berjanji akan terus mengingat dan menjalankan pesan terakhir itu dari Kakek. “Semoga Kakek tenang di alam sana. Kini Manda tahu apa yang Kakek lakukan untuk mengubah Amanda. Terima kasih, Kakek.”
***

  Oleh: Nurul Farida, kelas PA/2012





0 komentar:

Posting Komentar